Banyak orang yang beranggapan menulis fiksi itu sulit. Padahal kalau kamu tahu dasar penulisan fiksi, proses menulis fiksi itu menyenangkan, lho. Nah, apakah kamu mau jadi penulis novel atau penulis fiksi? Jika iya, simak yuk 5 dasar penulisan fiksi dalam artikel saya ini ya.
Apa Itu Fiksi?
Fiksi bisa diartikan sebagai sesuatu yang tidak pernah terjadi di dunia nyata. Bisa juga kita menyebut karya fiksi adalah karangan imajinatif seorang penulis atas dasar pemikiran non-ilmiah. Sebagai penulis fiksi, kita tak dibatasi aturan terkait referensi atau ilmu tertentu yang membutuhkan pembuktian kebenaran dalam ceritanya. Kita bebas menuangkan semua ide yang muncul ke dalam tulisan. Dengan catatan, jalan cerita harus tetap logis dan masuk akal.
Kenapa cerita fiksi harus logis? Tujuannya, agar cerita imajinatif ini bisa tetap masuk akal dan nyaman untuk dinikmati sebagai bacaan. Yuk, lanjutkan membaca dasar-dasar menulis fiksi berikut ini.
5 Dasar Penulisan Fiksi agar Proses Menulis Fiksi Lebih Mudah
1. Ide Menjadi Pondasi Utama
Mari kita mulai dari dasar menulis fiksi yang paling penting. Ide adalah kunci atau pondasi dari kerangka karya yang akan kita bangun dan kita tulis. Saat mau menciptakan cerita imajinasi, kita tentu sudah memikirkan ide cerita yang akan menjadi garis besar dan kerangka utama cerita.
Tanpa ide cerita, karya fiksi yang hendak kita tulis tak akan pernah terwujud. Semakin kuat ide cerita, semakin kuat juga pondasi yang sedang kita bangun dan menjadi dasar tempat cerita terbentuk.
Contoh ide cerita:
- Harry Potter karya J.K Rowling – tentang anak laki-laki kurus berambut hitam dan berkacamata yang tidak menyadari bahwa ia adalah seorang penyihir.
- Carrie karya Stephen King – bercerita tentang pelajar putri pemalu, masih SMA, memiliki kemampuan telekinesis, dan menggunakan kemampuannya untuk membalas dendam kepada orang-orang yang pernah mengganggunya.
- 1Q84 karya Haruki Murakami – ide ceritanya tentang kisah cinta beda dimensi sehingga sulit bersatu.
2. Alur Cerita dalam Dasar Penulisan Fiksi
Setelah memiliki ide cerita, berikutnya kita perlu menentukan alur cerita. Jika ide cerita dan tema diibaratkan sebagai pondasi bangunan, maka alur cerita atau plot adalah kerangka bangunannya. Agar keseluruhan bangunan dapat berdiri dengan kokoh, pondasi dan kerangka bangunan harus kuat. Kerangka bangunan biasanya mengikuti bentuk pondasi atau bisa pula kita kembangkan lagi.
Nah, dalam membuat alur cerita, kita sebaiknya mengidentifikasi setiap bagian cerita. Kemudian, susun setiap bagian secara detail. Kita bisa mulai dari perkenalan atau pendahuluan cerita, peristiwa yang memicu masalah dalam cerita, puncak masalah, menemukan solusi, dan akhirnya masalah bisa diselesaikan.
Penyelesaian masalah bisa berakhir happy ending atau malah berakhir buruk (bad ending). Bahkan, bisa pula penyelesaian dalam bentuk ending yang menggantung.
3. Karakter Penggerak Cerita
Karakter menjadi bagian yang tak kalah penting dari ide dan alur cerita. Alasannya, suatu cerita tentu membutuhkan penggerak yang bisa mewakili kedalaman cerita. Dengan kata lain, karakter-karakter inilah yang nanti akan menjadi pusat dari keseluruhan cerita. Mereka menggerakkan cerita secara dinamis sesuai dengan kerangka dan alur cerita, mulai dari awal hingga akhir cerita.
Menentukan karakter yang tepat menjadi komponen penting dari dasar-dasar menulis fiksi. Kita butuh memberi perhatian khusus pada setiap karakter, seperti menentukan nama, sifat, ciri khas, kelebihan dan kekurangan layaknya manusia.
Karakter juga harus memiliki jenis kelamin, hobi, perannya di dalam cerita, dan sebagainya. Sebelum memasuki proses menulis, sebaiknya buatlah kartu karakter. Maksudnya, kartu yang menjadi “KTP” atau identitas masing-masing karakter.
4. Dasar Penulisan Fiksi yang Penting: Latar atau Tempat Cerita Terjadi
Cerita tanpa latar akan terasa kering dan membosankan. Oleh karena itu, penentuan latar cerita menjadi salah satu dasar penulisan fiksi. Latar cerita harus dibuat sedetail mungkin sebelum memasuki proses menulis. Sayangnya, masih ada banyak penulis yang ceroboh saat menentukan latar cerita atau lokasi di mana para karakter memainkan peran masing-masing.
Misalnya, cerita berlatar di kota besar, maka masukkan segala elemen pembentuk kota besar, mulai mall, gedung-gedung, tranportasi, gaya hidup kota besar, dan sebagainya.
Menentukan latar atau setting lokasi untuk cerita akan memberi warna, sekaligus dapat membantu pembaca membayangkan cerita fiksi yang kita tulis secara utuh. Meski begitu, buatlah selogis mungkin dan jika menggunakan latar cerita imajinasi, kita tetap perlu merancangnya agar masuk akal dan menarik saat dibaca.
5. Penutup atau Ending
Dari semua dasar-dasar penulisan fiksi yang disebutkan di atas, biasanya penutup menjadi penentu kepuasan dari pembaca. Sebuah karya fiksi akan dinilai secara lengkap setelah pembaca mengetahui akhir dari kisah yang sudah kita bangun sejak awal.
Biasanya, pembaca akan menebak-nebak akhir dari cerita fiksi yang kita tulis. Tugas kita, membuat ending atau penutup cerita yang tak mudah ditebak, sehingga mengundang rasa penasaran. Otomatis, pembaca akan semakin terpacu untuk terus membaca cerita kita sampai halaman terakhir.
5 Dasar penulisan fiksi di atas merupakan proses menulis fiksi yang bisa kita gunakan untuk menulis novel fiksi, cerpen (cerita pendek), atau menulis genre fiksi lainnya. Selain kelima dasar di atas, pelajari juga Dasar-dasar Menulis Fiksi lainnya.
Kalau latarnya enak saat dibaca bikin penasaran & bisa membayangkan sambil membaca ceritanya ya mbak. Aku suka latar belakang kota lain atau negara lain jadi bisa sambil berkhayal gitu.
Jangan takut memulai, aku banget ini takut memulai karena masih belum bisa nulis fiksi 🙂
Harus mulai belajar nulis fiksi sedikit-sedikit ya soalnya berguna juga untuk menulis non fiksi
Wah manteb Mbak infonya. Sampai sekarang saya masih belum bisa menulis fiksi terutama menentukan karakter pelaku. Begitupun membuat outline, bingung mulainya dari mana haha.. Makanya saya lebih seneng menulis nonfiksi karena ceritanya jelas dan kelihatan
thanks for all the tips and trips mba… jangan mengedit saat proses menulis yaa. Memang itu membantu karena kalau editing tuh konsentrasi pecah dan perlu waktu lama
yang berat itu kadang berhenti di jalan, hmmm udah semangat di awal…suka drop pas di tengah jalan…thanks for the tips mbak monica
Dari dulu pengen mempunyai buku solo tapi selalu takut untuk memulainya, mungkin inilah kesalahan yang harus dihindari. Setelah membaca 5 dasar penulisan fiksi, poin 5 yang belum bisa saya terapkan, saya belum bisa membuat ending cerita yang menarik…jadi bersemangat nih mbak untuk mencoba menulis buku setelah baca tulisan ini. Terimakasih pencerahannya mbak Monica.
Setelah baca 5 dasar penulisan fiksi diatas, sedikit banyak jadi tahu trik menulis. Kadang muncul rasa takut untuk memulai menulis…apalagi menciptakan kalimat penutup yang membuat pembaca penasaran, rasanya tantangan banget ini. Saya termasuk tipe orang yang nulis sedikit baru koreksi tulisan…gak sesuai hapus…akhirnya berhenti dan tidak dilanjut. Kesalahan besar pastinya. Tulisan mbak Monica jadi penyemangat nih untuk mencoba menulis kembali. Terimakasih pencerahannya mbak.
Wah lima hal yang dilarang kadang-kadang aku lakukan nih mba.. hehe… Bukannya engga tahu tapi yagitu deh ..harus berusaha dihilangkan nih… Terima kasih tulisannya ya Mba.. 😀
Aku baru paham, kak Monic..kalau dalam perjalanan meulis gak boleh langsung di edit.
Dan memang keliatan banget yaa, kak Monic…penulis yang menulis dengan outline dan tidak.
Terasa di pembaca.
Alhamdulillah dapet tips keren dari Mbak Monic. Aku sering mandek di tengah jalan ini mba, hehehe karena belum mateng ceritanya. Makasih mba Monic buat tipsnya pelan-pelan memperbaiki ah.
Jadi kangen nulis fiksi, udah lama sekali gak ku lakukan huhu.
Baca tulisan ini kepengen bikin tulisan minimal yang sederhana kyk cerpen gtu. Entahlah ada apa denganku, makin berumur rasanya kok imajinasiku jd mati ya huhuhu. Mungkin krn buku bacaannya beda dengan masa gadis dulu yg sering baca cerpen dan novel, sekarang beda bacaan huhu
Itu dia mba, kadang idenya ada, tapi karena nggak bikin outline, ceritanya jadi kemana-mana ga jelas hiks. Ajarin nulis yang spesifik gitu mba plotnya.
Itu dia tuh kadang aku masih suka takut nulis karena takut menarik or gak ya dan segala hal, pdhl mah mulai aja dulu ya kan mba? Plus sambil belajar teknik penulisan yang oke biar tulisan kita bisa menarik buat dibaca banyak orang
Ide dan outline itu penting banget ya Kak.
Jadi ingat waktu skripsi dulu, awal bimbingan ma dosen, sama pembimbing diminta buat outline dulu sebelum masuk ke bab 1 dll.
Noted nih semua ilmunya Kak, makasih ya.
Sama ka yaallah kirain aku doang yang kaya gitu😭jiwa perfeksionis nyah selalu kambuh 😂