“Gimana sih caranya meningkatkan produktivitas menulis seperti kakak? Kasih tipsnya dong, Kak?” Saya cukup sering menerima pertanyaan semacam ini di akun messenger. Rata-rata yang bertanya adalah teman-teman yang berminat “terjun” di dunia kepenulisan. Jadi, bagaimana cara meningkatkan produktivitas?
Tetap Produktif Bekerja Sebagai Freelancer
Ada pula teman yang bekerja kantoran berkeluh kesah betapa hidupnya jadi tidak bebas karena waktu habis di kantor. Dia membandingkan kesehariannya dengan keseharian saya yang lebih banyak di rumah. Menurutnya, menjadi pekerja freelancer seperti saya jauh lebih menyenangkan karena punya waktu tak terbatas yang bisa diatur sesuka hati dan bebas bekerja dari mana saja.
Buntutnya, dia juga tanya gimana sih bisa tetap produktif walau bekerja freelancer? Satu hal yang kebanyakan dari mereka lupa, menjadi freelancer punya tantangan tersendiri, terutama dalam pengelolaan waktu dan meningkatkan produktivitas.
Kebebasan Waktu yang Kadang Terlihat Indah
Kebebasan waktu menjadi “iming-iming” menggiurkan bagi pekerjaan kantoran yang ingin banting setir ke dunia freelancer. Saya pribadi pun begitu. Dulu ketika masih bekerja kantoran, rasanya waktu yang saya miliki sangat terbatas. Pagi-pagi sudah harus bermacet ria di jalan agar bisa tiba di kantor tepat waktu. Mulai jam 8 hingga jam 5 sore, segunung pekerjaan memenuhi meja kerja saya hingga saya tak lagi punya waktu untuk melakukan satu hal yang saya cintai, yaitu menulis.
Selepas jam kantor, saya lagi-lagi harus bermacet-macetan untuk sampai di rumah dan akhirnya begitu tiba di rumah, tenaga saya telah habis. Saya benar-benar kekurangan waktu untuk menulis dan menyelesaikan naskah-naskah saya. Pada akhirnya, saya nekat berhenti kerja dan memutuskan menjadi freelancer.
Punya Banyak Waktu Pasti Bisa Produktif Bekerja?
Apakah setelah memiliki banyak waktu karena tak lagi bekerja kantoran saya jadi lebih produktif menulis? Ternyata tidak juga. Tantangan pertama yang perlu saya taklukkan adalah menaklukkan diri saya sendiri, rasa malas, suka menunda, melakukan kegiatan di luar tujuan saya menjadi freelancer, dan sebagainya.
Bukan punya banyak waktu yang menjadikan seseorang lebih produktif berkarya, inilah yang saya pelajari berikutnya, melainkan pengelolaan waktu yang baik sekaligus mengelola mood agar bisa tetap berkarya dalam kondisi tak kondusif sekali pun.
Dalam perjalanan karier saya sebagai penulis selama 5 tahun terakhir, saya mengalami produktivitas yang naik turun. Ada tahun di mana saya bisa menerbitkan lebih dari 10 judul buku, namun di tahun berikutnya saya melempem.
Jangankan menghasilkan 10 buku. Untuk menyelesaikan satu naskah saja rasanya berat banget. Alasannya banyak, mulai dari tak punya ide, sedang tidak mood, sedang dalam kondisi yang tak menyenangkan hingga tak bisa menulis, dan sebagainya.
5 Hal Kecil Meningkatkan Produktivitas
Fakta yang tak bisa dipungkiri, begitu produktivitas seorang freelancer melempem, dapur pun tak bisa mengebul. Dengan kata lain, tidak ada karya ya tidak makan. Jadi, apa yang perlu dilakukan agar tetap produktif?
1. Perjalanan Harus Punya Tujuan
Sama seperti ketika kita hendak bepergian, kita pastilah sebelumnya sudah menentukan tujuan mau ke mana, naik apa, berapa dana yang perlu disiapkan, apa saja yang perlu dibawa, menginap di mana, dan sebagainya. Hidup yang kita jalani sehari demi sehari serupa perjalanan. Hidup harus punya tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan-tujuan itulah yang nantinya akan menjadi titik di mana kita akan berhenti sejenak dan menikmati pencapaian prestasi. Tak peduli apakah jalan yang dilalui lurus atau berkelok-kelok dan naik turun, titik itulah fokus kita. Satu tujuan yang tercapai akan membantu kita untuk merealisasikan tujuan-tujuan berikutnya. Agar “perjalanan” hidup menjadi menarik, tetapkanlah satu tujuan untuk setiap tahunnya dan berusahalah untuk mencapainya.
Tahun 2018 ini ada dua tujuan yang ingin saya capai. Pertama, mengajak anak lanang saya satu-satunya melanjutkan kuliah di kota tempat saya tinggal. Kami sudah terlalu lama hidup berjauhan, dan saya rasa inilah saatnya saya dan suami berkumpul dengan anak kami satu-satunya ini.
Apalagi dia sudah mulai dewasa, banyak waktu kebersamaan yang telah terbuang begitu saja. Untuk itu, saya harus lebih bersemangat berkarya agar tabungan dana pendidikannya terpenuhi dan dia bisa kuliah di universitas mana pun yang menjadi pilihannya, asalkan universitas itu berada di kota tempat saya dan suami tinggal.
Tujuan kedua saya: memulai usaha rintisan (semacam startup) yang saya kelola bersama suami dan teman dekat. Punya usaha sendiri ini orientasinya tak melulu uang, tapi saya ingin belajar mengenai kerja sama tim (mengingat selama ini saya single fighter dan belum pernah bekerja sama dalam tim).
Selain itu, saya ingin usaha ini nantinya jadi wadah bagi kami untuk sama-sama mengembangkan diri menjadi pribadi lebih baik, bisa membantu lebih banyak orang mendapatkan peluang, menjalin kolaborasi dengan banyak pihak, dan sekaligus mencapai sukses bersama-sama.
2. Tindakan Untuk Merealisasikan Tujuan
Rencana tanpa realisasi sama saja omong kosong karena akan selamanya jadi rencana. Kita harus menentukan tindakan atau langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan setiap rencana yang disusun demi tercapainya tujuan. Saat membuat rencana, fokuslah pada tujuan yang ingin dicapai. Buat rencana harian dan susunlah prioritas.
Apakah perlu menyusun to do list harian? Boleh saja. Tetapi perlu diingat dalam membuat to do list bukan berapa banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan, melainkan susunlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam satu hari.
Selain membuat rencana harian, kita juga perlu menyusun timeline kerja dalam bentuk mingguan dan bulanan. Dengan cara ini kita akan tahu target mingguan dan bulanan apa saja yang perlu dicapai.
3. Membuat Rencana yang Detail
Membuat rencana harian, mingguan, dan bulanan seperti milestone atau gampangnya anak tangga deh. Ketika satu anak tangga telah terlampaui, kita bisa melanjutkan langkah kita ke anak selanjutnya. Jika setiap anak tangga telah terlalui, pada akhirnya kita akan tiba di puncak tangga, yaitu tujuan yang ingin kita capai. Setiap anak tangga juga perlu diperinci apa saja yang perlu dilakukan. Semakin detail kita membuat rencana, semakin jelas kita tahu apa yang perlu dilakukan.
1. Contoh Merencanakan Dana Pendidikan
Misalnya nih, untuk mewujudkan tujuan pertama saya, yaitu mengajak anak pindah melanjutkan pendidikan tinggi di Jakarta, maka saya perlu tahu berapa budget yang dibutuhkan untuk masuk kuliah.
Saya mencari sebanyak mungkin informasi di universitas yang diminati anak. Setelahnya, saya mulai menghitung berapa jumlah tabungan saya dan berapa banyak lagi dana yang perlu saya sediakan. Di sini dibutuhkan perencanaan keuangan yang matang sehingga saya membutuhkan catatan keuangan khusus untuk dana pendidikan.
Untuk memudahkan proses hitung menghitung, saya pakai colorful calculator keluaran Casio My Style yang warnanya adalah warna kesukaan saya. Bentuknya yang mungil membuat kalkulator ini mudah dibawa ke mana saja dan bisa digunakan kapan saja saya membutuhkannya. Harga #CasioMyStyle ini sangat terjangkau, apalagi kalau belinya pakai kode promosi CASIOBLOGZO2127 dan gunakan kode tersebut di Matahari Mall. Oh ya, pilihan warnanya beragam. Kamu bisa pilih sesuai warna yang menggambarkan karakter pribadimu.
2. Contoh Merencanakan Membangun Startup
Lalu, rencana apa yang saya susun untuk mewujudkan tujuan saya yang kedua? Untuk memiliki usaha rintisan (startup) butuh tim kerja yang memiliki visi dan misi yang sama serta menganut prinsip jujur dan bisa dipercaya. Beruntungnya, saya telah menemukan tim kerja impian dan telah menyusun berbagai rencana strategis yang pelan-pelan kami wujudkan bersama.
Pertemuan rutin kami lakukan untuk pengembangan usaha ini. Diskusi melalui aplikasi chat maupun bertemu secara langsung juga perlu kami lakukan agar usaha ini bisa segera berjalan. Tak perlu terburu-buru, yang penting terus melangkah dengan pasti demi mencapai sukses bersama-sama.
Selain mensinkronisasi internal, kami juga tetap menjalin hubungan dengan banyak orang, siapa tahu terbuka peluang berkolaborasi. Prinsipnya, sukses itu sulit kalau sendirian, tapi jauh lebih mudah kalau bisa bersama-sama.
4. Bekerja Efektif dan Kreatif
Tuhan memberi saya dan kamu jumlah waktu yang sama dalam sehari, yaitu 24 jam. Tidak ada satu pun orang yang punya waktu lebih banyak atau lebih sedikit. Masalahnya yang membuat perbedaan, bagaimana caranya mengelola waktu agar dengan waktu yang terbatas ini kita bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Kata menyelesaikan sengaja saya tebalkan nih karena fakta yang sering terjadi, kita melakukan banyak pekerjaan tapi tak ada yang selesai… hahaha.
5. Singkirkan Gangguan
Ini nih yang paling penting dari seluruh rencana yang kita buat. Tanpa kita sadari, kita sering membiarkan berbagai “gangguan” hadir dalam hidup kita hingga pekerjaan yang harusnya bisa selesai dalam satu hari malah jadi tertunda dan baru selesai beberapa hari kemudian.
Ada banyak bentuk gangguan, baik yang kita ciptakan sendiri maupun penyebab lainnya. Nanti, saya akan tuliskan hal ini di artikel lain di dalam blog ini ya. Namun pada umumnya, gangguan bisa dalam bentuk: media sosial yang terus menyala dan membuat kita tergoda untuk menghabiskan waktu scrolling media sosial.
Chat tanpa henti di aplikasi chat yang ada di ponsel. Telepon dari teman, kemudian kita bergosip hingga lupa waktu. Televisi yang menyala juga bisa mengalihkan perhatian kita hingga kita lebih banyak nonton televisi daripada bekerja. Apalagi ya? Kamu pasti bisa menyusun daftar gangguanmu sendiri dan cobalah menyingkirkannya satu persatu.
Tips lain untuk meningkatkan produktivitas yang pernah saya tulis, bisa kamu baca pada artikel berikut:
- Cara Tingkatkan Produktivitas Kerja Dengan Membuat Rencana Mingguan
- Hubungan Antara Produktivitas dan Kebiasaan Mengenakan Jam Tangan
Demikian 5 hal kecil untuk meningkatkan produktivitas ala saya. Kalau kamu punya cara lain tidak agar bisa bekerja secara produktif? Sharing yuk di kolom chat.
Memilih benda seperti kalkulator dengan warna favorit sangat menentukan mood juga ya mbak. Kalau warnanya yang kita sukai umumnya mood akan jauh lebih baik dari biasanya.
Bener banget, Mbak, pakai kalkulator warna hijau yang kebetulan warna kusuka, jadi makin cepet kerjanya. Mood jadi bagus. Dan kalau pas lagi ditaruh di meja kerja, kesannya cantik banget itu kalkulatornya… hahaha.
Tak pikir dulu juga gitu, udah ga kerja kantoran lagi bisa punya banyak waktu, Eh ternyata ga juga. Kalo produktif, Alhamdulillah. Menulisnya…Tempo2… Tempo2 ada, tempo2 ilang. Banyak baca makin banyak ga taunya. Kalo stuck tak bawa masak, trus makan. Hahahah
Tu kan, itu juga yang aku alami pas mulai kerja freelance, bahkan sampai sekarang kadang-kadang masih begitu. Ya seperti yang kamu bilang, tempo2 ada, tempo2 ilang… hahaha. Yuk kita semakin produktif berkarya ya, Mas, di bidang apa pun yang kita sukai.
Nah itu point terakhir berada ditengah-tengah orang yang berpikiran positif, susah loh.. Apalagi kalau pas liat ada yang nyinyir, yang ada malah maunya balas nyinyir juga.. :p
Memposisikan diri tetap positif itu keren banget.. Me-Skip something to grow up.. Kapan aku bisa begitu.. Hahaha
Ayo sama-sama belajar biar bisa skip hal-hal tak penting, termasuk nyinyir-menyinyir. Biarin aja yang mau nyinyir, kita fokus berkarya aja
Bekerja dgn timer… Boleh juga nih.. Coba ah
Kalau sudah bisa memanaj waktu dengan baik, aku pasti bisa melesat melewati Mba Monic. Hehehe
Kalau saya hal yang jadi ganguaj terbesar adalah aplikasi chat yang isinya para sahabat dekat dan instagram, haduh kalau sudah buka ig susah lepasnya 😁.
Semoga keinginan berkumpul dengan anak lanang bisa segera terwujud ya Mba.
Salam kenal 🙏
Sekarang masih kerja kantoran, dan kebayang rasanya gimana, hhee
Pengen suatu hari bisa ambil freelance, hhee
Semoga di tahun ini bisa lebih produktif menghasilkan karya tulisnya ya Mbak Monic
Salam kenal dari rurohmadotcom
^_^
Supaya kerja menjadi tenang & efektif yang penting harus fokus & menjauhkan diri dari gangguan2 tadi. Kalo saya, kadang gangguan sudah pergi, tiba2 moodnya yang kurang bagus. Harus banyak belajar dari Mba Monic nih.. Salam kenal ya mba