Aku akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja. Dua kalimat inilah yang aku ucapkan berulang ketika kamu memutuskan pergi merantau ke kota tak terjangkau. Iya, Jakarta dulu adalah kota tak terjangkau bagi aku dan kamu.
Tapi nyatanya, kini kamu bisa menjangkaunya. Aku bersyukur akan hal ini. Kehidupan memang seringkali tak bisa ditebak ya. Kadang di atas, lalu bisa jadi di lain waktu berada di bawah. Hari ini kita bersama dengan orang tercinta dan entah besok atau kapan tahu-tahu saja terpisah.
Aku harap berpisahnya cuma untuk sementara saja dan sesuai janjimu, nanti kamu akan jemput aku.
Aku Akan Baik-baik Saja
Kita hanya mampu melaluinya setapak demi setapak. Ada proses yang harus dilalui dalam setiap langkah kaki tersebut. Ada banyak hal yang membuat kita harus memetik hikmah dan menjadikannya pelajaran untuk hidup lebih baik di kemudian hari.
Aku baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja.
Dua kalimat ini selalu kudengungkan di dalam hatiku. Bagai mantera yang mampu membuatku kembali tertawa.
Bukankah bahagia itu tergantung bagaimana hati kita menyikapinya? Berat? Tidak juga.
Ringan? Belum tentu juga. Semua ada porsinya masing-masing. Sudah ada takaran yang diaturkan-Nya untuk kita tanggung.
Setelahnya, kita pasti akan menemukan jalan keluar dari setiap apa pun yang kita hadapi. Percaya tidak? Jalan keluar itu nantinya akan kembali kita gunakan di lain waktu ketika keadaan yang sama kembali terjadi.
Aku baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja.
Bertahun-tahun, aku selalu mengucapkan dua kalimat yang sama.
Karena itulah, badai sekencang apa pun yang menerpaku, aku masih bisa bertahan hingga saat ini.
Bukaaan!… Sama sekali bukan karena aku sangat kuat! Sejujurnya, aku ini sama seperti yang lainnya. Rapuh, mudah menangis, kecewa juga merasakan sakit hati. Manusia banget kan perasaan seperti ini.
Aku hanya selalu bersandar pada satu keyakinan di sudut hatiku yang terdalam. Semua akan baik-baik saja. Semua akan indah pada waktunya. Aku hanya perlu berusaha dan bertahan sekuat tenagaku. Sisanya biarkan Tuhan yang bekerja.
Bertahan Dalam Badai
Pada akhirnya, aku memang akan baik-baik saja. Semua akan berjalan baik-baik saja. Jika sesekali ada kerikil yang muncul, maka aku tinggal menyingkirkan kerikil itu. Setelahnya, aku bisa melanjutkan kembali perjalananku.
- Aku tahu aku kuat maka aku mampu bertahan dalam badai.
- Aku punya Tuhan. Tempatku bersandar.
- Ada keluarga yang menyayangiku dengan sepenuh hati.
- Tuhan sudah membekali kemampuan dan akal untuk modal dalam menjalani hidup.
- Ada kamu di dekat aku yang akan menjadi sandaran dan teman seperjalanan.
Oleh karena itu, aku akan terus berada dalam keadaan baik-baik saja karena Tuhan besertaku. Aku juga punya kamu yang selalu siap mendukungku. Hidup saat ini mungkin masih sering membuat aku menangis. Mendatangkan kekecewaan demi kekecewaan. Tapi inilah (mungkin) cara Tuhan untuk membuatku menjadi pribadi yang lebih baik.
Seperti batu karang. Menjadi semakin kuat oleh tempaan gelombang dan badai. Ia menjadi semakin kuat. Tak perlu juga khawatir. Tumbuhan di ladang dan burung pipit di udara Tuhan yang pelihara. Aku tak akan kekurangan selama aku percaya Tuhan akan terus menjagaku.
Aku akan baik-baik saja. Sekali lagi kuyakinkan kamu. Tak perlu mengkhawatirkanku. Kejarlah mimpimu dan segeralah jemput aku agar kita bisa bersama lagi. Sekali lagi nanti kalau bertemu, jangan berpisah lagi ya.