Banyak di antara kita yang mengatakan bahwa mengawali tulisan adalah bagian yang paling sulit dalam proses menulis. Bagian awal cerita (10 halaman pertama dalam buku-novel, memoir, biografi, etc) memegang kunci utama yang menentukan apakah pembaca akan meneruskan membaca kisah kita atau tidak. Sering yang terjadi, begitu kita sudah mengambil kertas dan pena, atau sudah membuka halaman baru di laptop/komputer kita, kita malah bingung karena tidak tahu apa yang harus kita tulis. Padahal sebelumnya, kita tahu ingin menulis apa, bagaimana jalan ceritanya, namun tetap kita kesulitan untuk mulai menuliskannya.
Berikut ini ada 7 tips yang mungkin bisa membantu kita memulai kisah, yaitu:
- Perkenalkan para tokoh utama atau narator. Siapa mereka? Apa yang mereka kerjakan? Di mana mereka tinggal? Apa yang saat ini sedang mereka hadapi.
- Ciptakan ketegangan. Mulailah dengan menuliskan satu situasi menegangkan yang sedang dihadapi para tokoh utama, bagaimana perasaan, dan kondisi mereka saat menghadapi situasi tersebut.
- Mulailah dengan misteri yang harus dipecahkan. Contohnya: Terjadi pembunuhan sadis di suatu malam dan diketahui kalau di malam terjadinya pembunuhan itu, tokoh utama kita sedang berada di daerah itu. Ceritakan bagaimana tokoh utama kita mengetahui terjadinya pembunuhan itu dan apa alibinya. Lalu ceritakan bagaimana tokoh lain (polisi misalnya) mendatangi tokoh utama dan melakukan interogasi terhadapnya.
- Mulailah dengan setting. Setting di sini bisa setting waktu atau setting tempat. Kalau kita memulai dengan setting waktu, sebutkan tanggal, bulan, atau tahun. Ceritakan kondisi sekitar para tokoh utama di waktu yang telah ditentukan. Apakah sedang hujan badai? Apakah sedang terjadi banjir bandang, dan sebagainya. Sementara kalau kita memulai cerita dengan setting tempat berarti kita menceritakan bagaimana kondisi tempat di sekeliling tokoh. Misalnya tokoh adalah anak jalanan yang tumbuh di lingkungan kumuh, maka ceritakanlah bagaimana kumuhnya tempat itu.
- Mulailah dengan tema atau premis cerita. Contoh: premisnya adalah tentang mencintai seseorang sedemikian rupa sampai tidak ingin kehilangan orang itu. Mulailah menceritakan perasaan si tokoh utama berkaitan dengan orang yang dicintainya, kenapa ia mencintai orang itu, dan bagaimana ia menyikapi situasi lain yang mungkin terjadi di sekitarnya, dan sebagainya.
- Siratkan cerita sebenarnya dalam kondisi terbalik. Contoh: tokoh A ini sebenarnya penyabar dan penyayang. Tapi di awal cerita, kita malah menceritakan ia sebagai sosok pemberang yang sedang marah-marah dengan seseorang sampai membuat orang yang dimarahi pingsan. (Ini misalnya yaaa… hahaha)
- Mulailah dengan narasi tentang sesuatu yang menjadi inti konflik dari cerita yang mau kita tulis, tapi jangan dijelaskan semuanya dulu. Bagian pembuka ini hanyalah pemancing, yang bisa mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca buku kita.
Masih ada banyak cara lain untuk memulai cerita. Cobalah satu per satu dari ketujuh tips yang tadi sudah kita bahas bersama. Atau kalau ada tips lain, silakan coba. Jangan terkungkung dengan ketujuh poin yang sudah kita bahas tadi. Menuliskan bagian pertama ini membutuhkan keterampilan khusus. Oleh karena itu, kita perlu latihan terus, berulang-ulang, dan mau mencoba berbagai cara untuk menemukan cara yang tepat untuk cerita yang ingin kita tulis. Jangan lupa, setiap cerita memiliki cara sendiri untuk menyampaikannya.
Nah, mari bebaskah imajinasi.
Selamat bercerita
Terima kasih kembali ya, Mas Badiyo. Semoga bermanfaat 🙂
Sangat bermanfaat. Terima kasih mbak Monica Anggen,
Salam,