Bebas Malaria Prestasi Bangsa – Bulan April memiliki kenangan tersendiri bagi saya, terutama tahun 2018 lalu karena di bulan tersebut saya pertama kalinya menginjakkan kaki di Pontianak untuk ikutan melihat sendiri hasil pembangunan di PLBN Entikong.
Di grup Whatsapp keluarga, saya pun bercerita ke orangtua dan adik-adik saya kalau mau ke Pontianak selama 4 hari 3 malam, lalu melanjutkan perjalanan darat ke Entikong. Kehebohan pun terjadi. Mama yang mendapat info dari Papa tentang Pontianak dan Entikong menyebutkan kalau perjalanan ke Entikong akan makan waktu lebih dari 8 jam, melalui hutan yang masih jarang rumah penduduk, dan kemungkinan terkena penyakit malaria.
What? 8 jam jalan darat dengan jalan yang rusak dan ada kemungkinan terkena penyakit malaria? Serius? Antara percaya dan tidak, ya saya tetap keder juga sih. Dan sejak hari saya mengabarkan rencana keberangkatan ke Pontianak ini, grup Whatsapp pun ramai membicarakan hal ini selama beberapa hari selanjutnya.
Persiapan Cegah Penyakit Malaria Agar Bebas Malaria
Malaria itu berbahaya, bisa menyerang siapa pun, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, bahkan manula, laki-laki maupun perempuan, beginilah mama saya memulai nasihatnya.
Penyebabnya adalah parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah merah manusia. Penularannya melalui perantara nyamuk Anopheles, atau yang lebih dikenal sebagai nyamuk malaria.
Begitu seseorang tertular penyakit malaria, maka ia berkemungkinan mengalami anemia karena sel-sel darah merah di dalam tubuhnya jadi rusak oleh parasit plasmodium.
“Okay, Ma, saya tahu malaria berbahaya. Begitu semuanya mengkhawatirkan saya bisa tertular penyakit Malaria, saya langsung mencari banyak tulisan dan referensi terkait penyakit ini,” jawab saya ketika itu.
“Jangan oke-oke aja kamu itu. Kenapa sih sukanya melakukan hal-hal yang berbahaya. Baik-baik aja di rumah loh sana,” gerutu Mama, yang kemudian hanya saya jawab dengan emoticon tutup muka.
Memang sih, dari 5 bersaudara dan sebagai anak tertua, saya memang anak yang paling nyeleneh dan suka melakukan hal-hal yang tak terpikirkan orang. Contohnya adalah memanjat bebatuan di bawah air terjun hanya untuk berfoto, atau lebih memilih free diving ketika seharusnya hanya boleh snoorkling. Yah semacam itulah. Jadi sebenarnya dalam hari kecil, saya memaklumi kekhawatiran orangtua akan saya.
“Pokoknya ya, begitu kamu mengalami demam, mual dan muntah, diare atau nyeri-nyeri otot, ditambah lagi menggigil namun berkeringat dan sakit kepala, maka hati-hati dan segera periksa ke dokter. Itu gejala malaria,” lanjut mama lagi.
Percakapan berikutnya yang membuat chat di Whatsapp grup adalah cara cegah penyakit Malaria. Mama meminta saya membawa lotion anti nyamuk, menggunakan pakaian tertutup selama di sana, waspada jika digigit nyamuk antara jam 6 sore hingga jam 6 pagi (saat tidur nih terutama, tapi masa sih begitu digigit nyamuk saat tidur lalu sayanya mesti ketakutan? Nggak gitu juga, kan?)
Baiklah. Orangtua pasti ingin anaknya baik-baik saja, meski anaknya sudah seusia saya ini. Pokoknya, semua nasihat dan saran saya catat dan rekam baik-baik dalam ingatan, tentang apa itu malaria dan bahayanya, juga gejala malaria.
Saya pun berangkat ke Pontianak tak lama kemudian. Selama di sana, jadwal saya cukup padat. Rasanya baru masuk ke hotel, bebersih badan, dan tertidur, eh sudah harus bangun lagi. Begitulah, pengalaman dan pengetahuan selama perjalanan melihat Kabupaten Sanggau, Sungai Kapuas, dan PLBN Entikong, begitu berharga. Dan ketika pulang, saya baik-baik saja.
Pontianak yang sekarang berbeda dengan Pontianak beberapa tahun yang lalu yang terekam di ingatan orangtua saya. Perjalanan Pontianak ke Sanggau, hingga Entikong, hanya sekitar 4-5 jam saja. Jalanan mulus, dan sudah banyak rumah-rumah penduduk sekaligus pusat perekonomian setempat di sepanjang jalur baru tersebut.
Cegah Penyakit Malaria Dalam Acara Bebas Malaria Prestasi Bangsa di Lampung
Ketika saya bercerita mau ke Lampung, lagi-lagi nasihat yang sama kembali saya dengar. Penyakit Malaria menjadi momok yang perlu diwaspadai, mengingat penyakit ini memang menyerang orang-orang yang senang bepergian ke berbagai tempat, terutama ke wilayah yang masih banyak hutan. Ya, wisatawan, profesi polisi atau tentara, pekerja tambang, perambah hutan adalah orang-orang yang berisiko terkena penyakit malaria.
Ngomong-ngomong, saya ke Lampung ini sebenarnya dadakan. Jadi ceritanya, saya ke Palembang dulu, lalu menempuh perjalanan ke Pagar Alam karena jadi bagian dari tim yang akan mengisi acara pelatihan bersama Dinas Pariwisata Pagar Alam, lalu balik ke Palembang, yang kemudian dilanjutkan ke Jakarta.
Nah saat di Pagar Alam itulah saya mendapatkan info kalau saya bisa ikutan Acara Kementerian Kesehatan bertema Bebas Malaria Prestasi Bangsa di Lampung.
Saya tentu saja senang begitu mendapat kesempatan ikut Acara Bebas Malaria Prestasi Bangsa yang diselenggarakan di Hotel Novotel Lampung pada 15 April 2019.
Sekitar jam 8, saya sudah berada di Ruang Minister lantai 2 Hotel Novotel. Saya registrasi dulu, kemudian menunggu teman-teman blogger Lampung datang satu demi satu. Lalu, ada juga tes kesehatan. Semua yang hadir boleh ikut tes kesehatan.
Saya ikutan dong, diukur tinggi dan berat badan, lalu diambil darah, dan syukurlah gula darah saya normal. Sayangnya, saya tetap harus banyak olahraga dan konsumsi sayur dan buah nih. Saya termasuk orang yang kelebihan berat badan.
Tak lama kemudian acara dimulai dengan terlebih dahulu mengajak seluruh peserta yang hadir berolahraga bareng. Selanjutnya, Pak Indra Rizon, Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Kementerian Kesehatan RI membuka acara. Di sebelahnya duduk Ibu Dr. dr. Hj. Reihana, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Ibu Reihana menjadi pembicara pertama. Setelah menyapa para undangan, beliau mengenalkan semboyan kota Lampung, “Sang Bumi Ruwa Jurai”, yang artinya “Satu bumi dua aliran adat budaya.
Ibu Reihana kemudian juga membagikan sedikit informasi terkait penyelenggaraan Acara Bebas Malaria Prestasi Bangsa ini untuk merayakan Hari Malaria Sedunia yang sebenarnya jatuh setiap tanggal 25 April. Tujuan peringatan ini agar semakin banyak orang untuk aware dan bahu-membahu dalam mencegah, mengatasi, dan bersama-sama mengeliminasi penyakit Malaria agar tak terjadi lagi di Indonesia.
Ya, seperti yang sebelumnya sudah saya ceritakan di bagian awal tulisan ini, Malaria merupakan salah satu penyakit berbahaya, yang bisa menular melalui gigitan nyamuk. Ketika penyakit ini menyerang seseorang, maka kualitas hidup orang tersebut akan mengalami penurunan, tak bisa beraktivitas, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berusaha mencegah bahkan berupaya keras menghentikan penyebaran penyakit Malaria di Indonesia.
Hingga tahun 2018, sudah sebanyak 285 kabupaten/kota di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria dari pemerintah. Sertifikat eliminasi malaria tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kesehatan RI kepada Bupati/Walikota.
“Di Provinsi Lampung, ada 10 wilayah yang telah menerima sertifikat eliminasi malaria. Dua di antara wilayah tersebut adalah Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus yang menerima sertifikat eliminasi malaria pada 11 Oktober 2018 lalu. Dengan diberikan sertifikat ini, maka wisatawan domestik maupun mancanegara tak perlu lagi takut berkunjung dan berwisata di berbagai destinasi wisata yang ada di Lampung”
– Dr. dr. Hj. Reihana, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung –
Karena padatnya jadwal Bu Reihana, beliau pun pamit begitu sesi beliau selesai. Namun sebelumnya, kami sempat berfoto bersama terlebih dahulu. Acara masih panjang. Ada sesi berikutnya tentang pengetahuan mengenai siklus hidup nyamuk, pencegahan penyebaran, dan informasi lain terkait penyakit malaria. Di tulisan berikutnya, saya akan lanjutkan lagi ya.
Pada akhirnya, mari kita dukung upaya pencegahan penyakit malaria ini agar tak ada lagi kasus penyakit menular berbahaya ini terjadi lagi di wilayah Indonesia. Bebas Malaria Prestasi Bangsa Indonesia. Zero Malaria maka generasi penerus bangsa akan menjadi lebih berkualitas dan lebih berdaya dalam membangun dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat, juga bangsa dan negaranya.
tujuan ngeTrip kemana pun wajib waspada dengan bahaya Malaria yaa mbaaa… apalagi kalo tandang ke kawasan Endemis. Tidur Pake Kelambu saja tidak cukup ternyata.. wajib banged membekali pengetahuan akan pencegahan sampai pengobatan cepat bila terindikasi bahaya Malaria.
Wah… karena saya jarang baca2 tentang travelling dalam negeri, baru tahu soal masih banyak bahaya Malaria di daerah2 Indonesia
Klo untuk pencegahan Malaria di sekitar rumah kita, apa kurang lebih sama seperti untuk nyamuk Aedes Aegypti/Demam Berdarah, mbak?
makasee infonya membantu bangedd