Mata merupakan salah satu bagian tubuh yang penting dan perlu dijaga serta dirawat agar tetap sehat. Mata yang sehat menunjang aktivitas dan produktivitas harian. Namun sayangnya, 9 dari 10 orang di Indonesia pernah mengalami iritasi mata ringan dan mereka mengabaikannya. Untuk meningkatkan kesadaran lebih banyak orang akan pentingnya menjaga kesehatan mata, Insto berkolaborasi dengan Nia Dinata dalam film dokumenter Buka Mata Buka Cerita.
Latar Belakang Pembuatan Film Dokumenter Buka Mata Buka Cerita
Di Indonesia, masalah iritasi mata ringan masih sering diabaikan. Padahal berawal dari iritasi mata ringan yang diabaikan, bisa jadi dapat mengganggu kesehatan mata. Ada banyak penyebab timbulnya iritasi pada mata, seperti terlalu lama bekerja di depan komputer/laptop, sering terpapar sinar dari layar gadget dalam jangka waktu lama, setiap waktu berada di ruang ber-AC hingga menyebabkan mata kering dan cepat lelah, dan sebagainya. Iritasi mata lainnya adalah mata merah, yang bisa disebabkan polusi udara, sering terpapar asap, terkena debu saat berkendara, atau akibat melakukan aktivitas olahraga (misalnya: berenang).
Mengingat 9 dari 10 orang di Indonesia pernah mengalami iritasi mata ringan dan hanya satu dari 9 orang itu menggunakan tetes mata untuk merawat mata mereka, maka Insto berkolaborasi dengan Nia Dinata dalam film dokumenter Buka Mata Buka Cerita. Tujuan pembuatan film ini, Insto ingin mengedukasi lebih banyak orang, terutama kaum muda yang memiliki gaya hidup serba aktif dan produktif. Bagaimanapun, kesadaran mengenai menjaga kesehatan mata sangat penting karena mata yang sehat adalah kunci utama untuk tampil percaya diri dan mencapai sukses.
“Insto sudah hadir selama lebih dari 30 tahun di Indonesia dan telah menjadi brand terpercaya untuk solusi iritasi mata ringan. Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam mendukung industri kreatif, kegiatan “Buka Mata Buka Cerita” merupakan inisiatif Insto bagi anak muda untuk secara jernih melihat, merekam, dan “membuka mata” terhadap berbagai peristiwa di kehidupan mereka sehari-hari melalui teknik dasar pembuatan film mini dokumenter yang baik bersama Nia Dinata sebagai salah satu sutradara film terbaik Indonesia.”
– Weitarsa Hendarto, VP Consumer Healthcare & Wellness and International Operations PT Combiphar –
Pembuatan Film Buka Mata Buka Cerita Menggunakan Snapchat Spectacles
Dalam kolaborasi Insto dan Nia Dinata di film dokumenter Buka Mata Buka Cerita, diperkenalkan pula pembuatan film dengan snapchat spectacles. Apa itu snapchat spectacles? Jujur saya pun baru tahu mengenai hal ini setelah hadir ke acara penayangan perdana film dokumenter ini di XXI Lounge Plasa Senayan pada 12 Maret 2018 lalu. Saya hadir di sana sekitar pukul 12 siang dan saat saya tiba sudah cukup banyak undangan yang hadir. Sekitar 45 menit kemudian, acara baru dimulai dengan menghadirkan 3 pembicara di panggung, yaitu Weitara Hendarto sebagai Vice President Consumer Healthcare & Wellness and International Operations PT Combiphar, Nia Dinata selaku sutradara senior Indonesia, dan hadir pula Dion Wiyoko, seorang publik figure, aktor, dan sekarang bergelut di fotografi. Selain itu, hadir pula 9 co-director terpilih yang terlibat dalam pembuatan film dokumenter Buka Mata Buka Cerita.
Seleksi yang dilakukan dalam kompetisi ini, hingga menghasilkan 9 co-director terpilih, telah dimulai sekitar bulan Oktober 2017. Ada kurang lebih 1000 peserta yang mendaftarkan cerita dan foto berkaitan dengan momen terbaik yang pernah mereka lihat dan mereka alami sendiri. Penjurian dan seleksi dimulai pada Januari 2018 oleh Insto dan tim Nia Dinata hingga menghasilkan 20 semifinalis. Setelahnya, ke-20 finalis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini diundang ke Jakarta untuk mengikuti workshop membuat film bersama Nia Dinata. Di workshop yang berlangsung selama satu hari penuh itulah 20 finalis tadi belajar mengenai cara membuat film, menulis script, dan sebagainya hingga menghasilkan film dokumenter yang menarik. Hasil akhir dari keseluruhan kompetisi ini ya 9 co-director yang datang pada acara penayangan perdana hari ini. Oh ya, dalam pembuatan film ini tentu saja mereka harus menggunakan snapchat spectacles.
Dari tadi saya nyebut-nyebut snapchat spectacles. Apa sih ini sebenarnya? Di pertengahan acara, satu undangan diminta maju ke depan. Kemudian ia diberi kacamata yang bentuk dan warnanya cute banget. Sewaktu dipraktikkan cara kerjanya, barulah saya tahu. Snapchat spectacles itu adalah kamera berbentuk kacamata. Ada tombol untuk on/off di salah satu sisi kacamata. Cara kerjanya ya seperti cara kerja mata kita. Apa pun yang kita lihat, bisa kita rekam dengan kacamata tersebut asalkan telah dihubungkan ke aplikasi snapchat di smartphone. Film dokumenter ini bisa kita tonton pula di Youtube. Tinggal ketik saja judulnya Buka Mata Buka Cerita, kita bisa menemukannya dengan mudah.
Pengumuman 3 Pemenang Terbaik Buka Mata Buka Cerita
Dalam acara ini, Nia Dinata yang berkesempatan untuk mengungkapkan sepatah dua patah kata mengatakan bahwa beliau sangat senang bisa berkolaborasi dengan Insto untuk mengajak generasi muda lebih peka terhadap peristiwa yang terjadi di sekeliling. Melihat itu tidak hanya dengan mata, tetapi harus pula melibatkan hati agar kita bisa “melihat” secara jelas apa yang ada di balik suatu peristiwa. Untuk bisa melakukan hal ini, mata secara fisik dan mata batin harus benar-benar sehat.
“Saya sangat antusias atas kesempatan kerjasama yang diberikan Insto. Konsep dari project pembuatan film mini dokumenter ini adalah mengajak anak-anak muda untuk secara jujur dan kritis menyampaikan apa yang terjadi di sekitar mereka dan apa yang mereka alami dari sudut pandang mata mereka masing-masing. Sebenarnya, film dokumenter meskipun fiksi tetap harus menceritakan tentang kehidupan sehari-hari, tentang manusia, dan aktivitas harian yang dilalui.”
– Nia Dinata, Sutradara senior terbaik Indonesia –
Menyampaikan peristiwa dalam bentuk film dokumenter secara jujur menjadi landasan penilaian bagi para pemenang. Dari 9 co-director terpilih yang berasal dari berbagai daerah (ada yang dari Pontianak, Malang, Solo, Yogyakarta, Subang, Bandung, Jakarta, Tangerang, dan Bekasi) akhirnya terpilihlah 3 orang terbaik, yaitu:
- Ghafara Difa Harashta dengan film berjudul Yang Berdiri Sejak Lama.
- Yudhistira Tegar Hermawan dengan judul Di Bawah Fly Over.
- Sri Sulistiyani dengan film berjudul Pohaci.
Insto berkolaborasi dengan Nia Dinata dalam film dokumenter Buka Mata Buka Cerita menjadi contoh kolaborasi yang bagus demi memberi wadah bagi kaum muda untuk berkarya secara positif sekaligus menggali potensi terbaik yang mereka miliki. Semoga untuk selanjutnya masih akan ada kolaborasi-kolaborasi dalam berbagai bentuk agar generasi bangsa ini menjadi lebih baik lagi.