Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Home » Tips Menulis » Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Ketika membahas mengenai Belajar Berpikir ala Sherlock Holmes, saya sudah menyinggung sedikit mengenai pembahasan kali ini. Ya, saat saya membuat outline untuk buku pertama seri 99 belajar ala Sherlock ini, saya juga dapat ide mengenai bagaimana caranya mengasah intuisi. Ide ini muncul ketika saya menemukan cukup banyak kata ‘intuisi’ di dalam kisah-kisah petualangan Sherlock. Bahkan di beberapa kisah disebutkan kalau Sherlock berhasil memecahkan masalah yang dihadapinya karena dorongan intuisinya. Jadi daripada ide ini hilang begitu saja, jadilah saya langsung membuat pula outline mengenai 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes.

99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

99 Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Apa Itu Intuisi?

Menurut Albert Einstein, intuisi adalah hasil dari pengalaman yang terjadi sebelumnya. Laman wikipedia.com menyatakan intuisi merupakan kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektual. Pemahaman ini seakan-akan muncul di luar kesadaran manusia dan tidak bisa dijelaskan secara logika. Sementara menurut Plato dan Aristoteles, intuisi adalah proses berpikir yang serupa dengan proses berpikir Tuhan (God’s thought). Dengan kata lain, intuisi ini sama dengan suara hati.

Siapa saja yang memiliki intuisi?

Hampir semua manusia sebenarnya sudah dianugerahi Tuhan dengan kemampuan ini. Masalahnya hanya pada manusianya saja, mau mendengarkan atau tidak. Peka atau tidak. Contoh sederhana yang sering terjadi, seperti: kita sedang berkendara ke suatu tempat. Lalu di tengah jalan, muncul perasaan tidak nyaman. Kita merasa ada “sesuatu yang sedang terjadi”. Saat kita menoleh ke sekeliling, sebenarnya keadaan di sekeliling kita baik-baik saja. Meski begitu, kita tetap merasa ada sesuatu yang salah. Perasaan tidak nyaman inilah yang disebut intuisi, atau yang sering pula kita sebut dengan “feeling”.

Apa Hubungan Pembahasan Intuisi dengan Sherlock Holmes?

Pada kisah Pria Berbibir Miring, Sherlock bertemu dengan Watson yang sedang mencari saudara iparnya di rumah candu yang terdapat di ujung timur kota. Ketika itu, Sherlock sedang menyamar dan menyelidiki hilangnya Mr. Neville St. Clair, penulis dan wartawan. Istri Mr. Neville melaporkan kalau suaminya itu hilang di rumah candu milik Lascar itu.

Petugas kepolisian dan juga Sherlock menemukan jas Mr. Neville, bercak darah di jendela, dan seorang pengemis bernama Hugh Boone. Akibatnya, Hugh Bone ditangkap dan dibawa ke kantor polisi dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan terhadap Mr. Neville. Intuisi dan logika Sherlock juga menyimpulkan hal yang sama dengan kesimpulan para petugas kepolisian karena semua bukti yang ada memang tertuju ke Hugh Bone. Siapa sangka, intuisi Sherlock tersebut salah. Setelah ia menganalisis ulang, Hugh Bone itulah Mr. Neville yang menyamar sebagai pengemis. Ia malu ketahuan istrinya lebih senang jadi pengemis yang memiliki penghasilan jauh lebih besar dibandingkan penghasilannya sebagai penulis dan wartawan.

Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Dari cuplikan kisah ini bisa kita lihat, Sherlock menggunakan intuisi sekaligus hasil pengamatannya. Namun, intuisi bisa saja salah. Untuk itu diperlukan latihan dan upaya untuk mengasah intuisi agar lebih tajam lagi, sehingga intuisi tersebut bisa dimanfaatkan juga untuk menemukan solusi atas setiap permasalahan, mengambil keputusan paling tepat untuk suatu hal, juga dalam banyak bidang di kehidupan kita.

Mengapa Intuisi Penting Untuk Diasah?

Ketika menemukan kata ‘intuisi’ dalam berbagai kisah petualangan Sherlock Holmes, dan kemudian mengembangkannya menjadi outline, saya sempat bertanya-tanya dalam hati, apa pentingnya kita mengasah dan mempertajam intuisi ini? Apakah intuisi bisa benar-benar bisa dimanfaatkan dalam kehidupan yang kita jalani?

Tanpa sengaja, saya menemukan autobiografi Ray Kroc yang berjudul Grinding It Out: The Making of McDonal’s. Dalam autobiografi itu dikisahkan awal mulai Ray Kroc mendapatkan McDonal’s. Saat itu, Ray Kroc hanya bekerja sebagai sales mixer. Ia ditugaskan mengantar delapan buah mixer ke restoran McDonal’s yang dimiliki Donald bersaudara. Saat melihat betapa ramainya orang-orang menjual milkshake di restoran itu, ia sangat tertarik dan akhirnya mengajak Donald bersaudara mengobrol dan menemukan fakta baru. Donald bersaudara ingin menjual restoran mereka. Intuisi Ray Kroc detik itu juga berdering nyaring dan mendorongnya untuk membeli restoran itu. Inilah pengalaman intuitif pertama yang dialami Ray Kroc. Ia sama sekali tak menduga berkat intuisinya itulah ia menjadi salah satu miliarder dunia yang bisa membuka banyak cabang McDonal’s hampir di seluruh penjuru dunia.

Selain Ray Kroc, masih banyak miliarder sukses lainnya yang juga meraih kesuksesan mereka berkat mendengarkan dan memanfaatkan intuisi yang mereka miliki. Sebut saja George Soros yang mengambil banyak keputusan penting di bidang investasi dengan tuntunan intuisinya. Kemudian ada Sam Walton, pendiri Walt Mart, yang mendirikan toko serba ada dalam sistem waralaba berkat dorongan intuisinya.

Berbagai referensi inilah yang kemudian meyakinkan saya untuk menggali lebih dalam mengenai intuisi, hubungan intuisi dengan berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan saya sendiri maupun kehidupan orang-orang di sekitar saya, lalu menghubungkannya dengan kisah-kisah petualangan Sherlock. Dari sini saya pun menarik satu kesimpulan bahwa pengalaman intuitif Sherlock juga bisa dipelajari sehingga intuisi yang kita miliki menjadi semakin tajam.

Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Proses Penulisan Buku 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Karena sudah pernah menulis 99 Cara Berpikir ala Sherlock Holmes, saya tidak lagi kesulitan saat mengembangkan judul-judul bab di dalam outline yang telah ditentukan menjadi bab-bab kurang lebih dua halaman A4. Sebagai variasi agar buku ini nantinya tidak penuh dengan teks yang membuat pembaca lelah saat membacanya. Saya mulai memadukan pembahasan dengan infografik. Memang, setiap infografik di dalam buku ini bukan saya yang membuat. Ada ilustrator dan layouter yang bekerja sama dengan sepenuh hati untuk membantu mewujudkan infografik yang saya inginkan. Dengan kata lain, saya hanya membuatkan panduannya saja dan membebaskan rekan ilustator/layouter berkreasi sendiri.

Untuk menghasilkan sebuah buku yang layak dibaca dan diterbitkan, dibutuhkan kerja sama yang solid antara penulis, editor, dan layouter/ilustator. Dengan kerja sama itu pula, ide-ide yang tadinya terlihat begitu sederhana bisa dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih bagus dari ide yang mungkin sudah ada sebelumnya. Saya beruntung telah bekerja sama dengan Bu Editor yang selama ini menangani naskah-naskah saya. Beliau tidak segan menunjukkan bagian-bagian yang memang membutuhkan lebih banyak pengembangan agar hasilnya jauh lebih baik dari yang pernah saya harapkan. Kadang, beliau memberi banyak masukan membangun sekaligus “memaksa” saya memaksimalkan kemampuan yang saya miliki. Di lain waktu, beliau pula yang membebaskan saya untuk berkreasi dulu sesuka hati, kemudian setelah naskah jadi, baru giliran beliau “membantai” naskah saya… hahahaha. Intinya, penulis mana pun, yang baru maupun yang sudah pernah menerbitkan banyak buku, pasti membutuhkan orang-orang yang di sekitarnya, untuk bekerja sama, saling mendukung, dan mensupport, dan bisa adu ide dan adu argumentasi dalam satu frekuensi.

Kembali ke proses penulisan, di buku ini saya tetap memasukkan cuplikan-cuplikan kisah Sherlock Holmes, terutama yang berkaitan dengan intuisi. Saya mencoba mempelajari bagaimana Sherlock mengasah dan mempertajam intuisinya? Bagaimana detektif fenomenal ini memanfaatkan intuisi untuk banyak hal dalam kehidupannya. Hasil belajar saya itulah yang kemudian saya tuangkan dalam tulisan saya.

Sulit atau gampang? Tergantung ya. Kadang sulit, kadang gampang. Asalkan terus berlatih, tetap berusaha, dan rutin menulis, pasti ide-ide mustahil yang terlihat sulit untuk dijadikan karya tulis akan tetap bisa diwujudkan. Dua kata sih yang utama: PANTANG MENYERAH!

Apa Saja yang Diulas di Buku Ini?

Ada 99 Bab karena buku ini merupakan buku kedua dari seri 99 ala Sherlock Holmes. Banyak di antara kita yang sering menganggap kemunculan intuisi sebagai rasa takut. Contoh, ketika melewati jalan yang begitu gelap, tiba-tiba perasaan kita tidak nyaman. Lalu, kita menganggap kemunculan perasaan tidak nyaman ini sebagai rasa takut, apalagi kalau jalanan yang gelap itu juga suasananya sepi. Padahal bisa jadi kemunculan intuisi itu untuk memperingatkan kita agar lebih waspada. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi di tempat yang gelap dan sepi tadi, seperti kemungkinan terjadi kejahatan, perampokan, atau bisa saja kita jatuh ke lubang yang kebetulan ada di jalan itu saking gelapnya suasana di sana.

Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Selain itu, saya juga menuliskan cara-cara mengasah intuisi yang saya pelajari dari kisah-kisah Sherlock Holmes, seperti cara menjadi pendengar yang baik agar bisa mendapatkan lebih banyak informasi yang kita butuhkan, membuat jurnal intuisi, menulis buku harian untuk merekam peristiwa-peristiwa penting yang pernah kita alami, mempelajari orang, cara menarik kesimpulan, dan sebagainya. Untuk lebih lengkapnya, langsung saja membaca buku 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes. Buku ini sudah beredar sejak 2015 akhir dan masih bisa didapatkan di jaringan Toko Gramedia di seluruh Indonesia atau di berbagai toko buku online.

Semoga sedikit kisah berkaitan dengan buku ini bisa sedikit memberi inspirasi.
Selamat membaca buku 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes.

Buku 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Buku 99 Cara Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes

Sedang mengikuti pelatihan prakerja untuk meningkatkan skill

About the author

Hobi saya dalam hal kepenulisan menjadikan saya ingin selalu berkarya. Menciptakan ruang blog monicaanggen.com ini bukanlah sesuatu hal yang kebetulan gais. Sit, Enjoy, and Starting Read.. ^_^

Satu pemikiran pada “Mengasah Intuisi ala Sherlock Holmes”

  1. Ping-balik: Belajar Berpikir ala Sherlock Holmes · Catatan Monica Anggen

Tinggalkan komentar