Selama ini banyak orang yang berpikir kalau penyakit Tuberkulosis hanya dapat menimpa orang dewasa, terutama para perokok aktif atau orang-orang yang sering terpapar asap rokok (perokok pasif). Padahal faktanya, siapa saja bisa terkena penyakit Tuberkulosis, terutama orang-orang yang berusia produktif antara 15 hingga 50 tahun, termasuk anak-anak. Apa itu TB Laten? Yuk, kita kenali dan obati TB Laten pada anak.
Apa Itu Penyakit Tuberkulosis?
Penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, dikenal juga dengan nama Bakteri Tahan Asam (BTA). Ini merupakan salah satu penyakit yang menular secara langsung melalui udara dan menjadi sangat berbahaya jika menulari anak-anak. Kenapa demikian? Karena anak-anak yang tertular Tuberkulosis punya dua kemungkinan, menderita TB Laten atau malah menderita TB aktif.
TB laten adalah infeksi kuman M. Tuberculosis yang tidak menimbulkan tanda dan gejala klinik. Bahkan, hasil foto toraks normal dengan hasil uji imunologik, seperti uji tuberkulin atau Interferon Gamma Release Assay (IGRA) positif.
TB aktif adalah kondisi ketika infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis aktif berkembang biak di dalam tubuh dan merusak tubuh karena sistem kekebalan tubuh penderita tidak mampu melawan bakteri biang penyakit.
24 Maret Peringatan Hari Tuberkulosis
Eits, tunggu dulu. Sebelum lebih lanjut membahas mengenai TB Laten, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai Tuberkulosis secara umum. Setiap tanggal 24 Maret seluruh dunia memperingati Hari Tuberkulosis. Meskipun setiap tahun kita memperingatinya bukan berarti kasus terjadinya penyakit ini menurun, malah tambah banyak.
Padahal tujuan dari peringatan tersebut adalah agar lebih banyak lagi orang yang waspada, melakukan pemeriksaan segera jika mendapati adanya gejala, kemudian melakukan pengobatan hingga tuntas untuk mencegah penularan. Sayangnya, masih banyak di antara kita yang belum benar-benar menyadari bahaya penularan penyakit ini.
Waspada Infeksi TB Laten Pada Anak
Di Indonesia, penyakit yang satu ini menjadi salah satu penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Indonesia bahkan menjadi negara di urutan ke-2 dunia dengan penderita TB kurang lebih 1.020.000 kasus per tahun berdasarkan data WHO 2017. Data yang lebih spesifik menyebutkan bahwa ada 391 kasus TB per 100.000 penduduk.
Sementara itu, diketahui bahwa ada kurang lebih 10,4 juta kasus TB baru yang terjadi di dunia (data WHO 2016), dan 1 juta di antaranya adalah anak-anak di bawah 14 tahun dan 540.000 di antaranya adalah anak di bawah 5 tahun. Setiap hari sekitar 700 anak di dunia meninggal akibat tuberkulosis dan 80 persen di antaranya belum berusia 5 tahun.
Data lain dari Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa pada 2016, lalu total insiden TB pada anak dalam kelompok usia 1 tahun hingga 14 tahun kurang lebih 1.507 insiden atau 9,04 persen dari total insiden Tuberkulosis pada semua usia yang berjumlah 351.893 insiden.
Dengan kata lain, jika penyakit Tuberkulosis ini tidak segera ditangani dengan baik, bisa saja beberapa tahun mendatang angka penderita penyakit TB melonjak ke titik yang sudah sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup banyak orang, terutama karena telah kita ketahui bersama, kuman penyebab TB menular melalui udara (saat berbicara, batuk, atau bersih).
Untuk mencegah lebih banyak lagi kasus terjadi di Indonesia, pemerintah dan seluruh elemen instansi/lembaga, bahkan masyarakat yang peduli, bahu-membahu untuk mencegah penularannya. Caranya, kita harus kenal dulu dengan penyakitnya, mengetahui gejalanya, melakukan pemeriksaan dan mengobatinya dengan segera dan harus sampai tuntas. Kenapa harus tuntas? Nanti kita akan bahas ya. Makanya terus baca dong tulisan ini.
Acara Treat Latent TB for TB Free World
Nah, kembali ke masalah TB Laten pada anak, saya baru tahu kalau anak-anak pun ternyata bisa saja tertular kuman penyebab Tuberkulosis dan menjadi pembawa kuman di dalam tubuhnya sepanjang hidup, selama kuman itu tak aktif.
Lalu, ketika secara mendadak aktif akibat kondisi si anak drop, penyakit tersebut sudah sangat membahayakan. Kuman Tuberkulosis ternyata tidak hanya menyerang paru-paru, namun juga bisa menyerang kelenjar getah bening, tulang, kulit, dan organ tubuh lainnya.
Saat menghadiri acara Blogger Forum Treat Latent TB for TB Free World yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bekerja sama dengan Sanofi Indonesia, saya bersama teman-teman dari Komunitas Emak Blogger (KEB) mendapat pengetahuan baru untuk dapat mengenali penyakit TB Laten yang bisa menyerang anak-anak. Pembicara yang hadir di acara ini adalah dr. Wahyuni Indrawati Sp.A(K) yang merupakan perwakilan dari IDAI dan dr. Arya Wibitomo, Medical Director Sanofi Indonesia.
TB Laten pada Anak
Sesi pertama diisi oleh dr. Wahyuni yang menjelaskan mengenai TB Laten pada anak. Apa sebenarnya sih TB Laten ini? Apakah sama dengan TB yang selama ini kita kenal? Ternyata berbeda lho. TB Laten merupakan penyakit akibat kuman Tuberkulosis yang menyerang orang dewasa maupun anak-anak, namun karena sistem kekebalan tubuhnya bagus maka penyakit ini tidak berkembang. Kuman ada di dalam tubuh, tetapi dalam kondisi pasif. Artinya, orang maupun anak yang telah terinfeksi tidak mengalami sakit dan tidak menunjukkan gejala apa pun.
Masalahnya, tidak ada satu orang pun yang bisa menebak, kapan kuman yang tadinya pasif menjadi aktif? Bisa jadi ketika tubuh dalam kondisi tak sehat dan sistem kekebalan tubuh menurun, kuman tadi langsung aktif dan kondisinya telah membahayakan.
Dua kali jadi lebih berbahaya kalau menimpa anak-anak karena gejalanya mirip sekali dengan anak yang terkena influenza atau batuk pilek. Ketika TB Laten telah berubah menjadi TB aktif, maka ada kemungkinan anak yang sakit menulari teman-temannya. Akibatnya, angka kasus TB anak pun meningkat.
Kenali dan Obati TB Laten pada Anak
Ketika anak sehat, kita sebagai orangtua tentunya senang. Tapi ternyata, anak yang sehat pun bisa memiliki kuman TB dalam kondisi pasif di dalam tubuhnya. Kuman itu tidak berkembang biak dan tak membuatnya sakit. Hanya saja, ada saatnya kuman yang pasif tersebut bisa menjadi aktif dan ketika itu terjadi tentu membahayakan kondisi anak. Lalu bagaimana caranya kita mengetahui apakah anak menderita TB Laten atau tidak?
Menurut dr. Wahyuni, cara paling baik untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pelacakan (investigasi kontak). Ketika diketahui ada orang dewasa yang menderita Tuberkulosis, maka anak-anak yang tinggal di sekitarnya atau yang tinggal satu rumah, bisa pula yang pernah berada dalam satu ruangan dengan penderita TB aktif tersebut, perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah telah tertular atau tidak.
Dalam paparannya, dr. Wahyuni juga menjelaskan bahwa ada 4 kelompok utama yang perlu mendapatkan pemeriksaan saat melakukan investigasi kontak ini, yaitu:
- Kasus Indeks adalah semua pasien TB yang ditemukan di suatu rumah atau tempat-tempat lainnya, seperti kantor, sekolah, panti, rutan, tempat penitipan anak, dan sebagainya.
- Kontak adalah orang yang berkontak dengan kasus indeks, misalnya karena tinggal satu rumah, satu asrama, pernah tinggal satu kamar, satu sekolah, satu tempat kerja, atau anak-anak yang berada di tempat penitipan anak dan salah satu orang dewasa yang berada di sana merupakan kasus indeks.
- Kontak serumah adalah orang yang pernah tinggal dalam satu rumah minimal satu malam, atau sering berada di rumah orang yang termasuk kelompok kasus indeks dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks mendapatkan pengobatan anti tuberkulosis (OAT).
- Kontak Erat adalah orang yang tidak tinggal serumah, namun sering bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang lama, bertemu dalam intensitas yang cukup panjang, atau sering berinteraksi hingga layaknya orang yang tinggal serumah.
Tujuan Investasi Kontak
Tujuan dari kegiatan pelacakan atau investigasi kontak ini adalah mengidentifikasi anak-anak yang ada kemungkinan telah terpapar atau sering berinteraksi dengan penderita TB. Ada cukup banyak orang dewasa yang sebenarnya telah menderita penyakit TB, namun ia tidak mengetahuinya karena belum memeriksakan diri.
Bisa jadi ketidaktahuannya ini akibat tidak mengenali gejala penyakit TB yang memang mirip sekali dengan penyakit batuk dan influenza. Orang dewasa yang telah terinfeksi inilah yang memiliki risiko tinggi menularkan Bakteri Tahan Asam ke sekelilingnya, termasuk kepada anak-anak yang berinteraksi dengannya.
Setelah teridentifikasi bahwa ada kontak, kontak serumah, dan kontak erat yang terinfeksi dari kuman TB yang dibawa Kasus Indeks, maka tahap selanjutnya perlu sesegera mungkin melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya kuman TB di dalam tubuh mereka.
Jika ditemukan adanya kuman, meskipun kuman tersebut dalam kondisi pasif, maka perlu dilakukan terapi yang sesuai (terapi untuk orang dewasa berbeda dengan terapi yang dilakukan pada anak).
Mengapa Investigasi Kontak Penting Dilakukan pada Anak?
Saat ini, melihat masih tingginya angka penderita TB dewasa, diperkirakan ada cukup banyak pula anak-anak yang menderita TB, namun belum mendapatkan penanganan yang tepat sehingga menyebabkan peningkatan dampak negatif terhadap morbiditas dan mortalitas anak.
Jika anak terus membawa kuman TB di dalam tubuhnya hingga dewasa, bisa saja sewaktu-waktu di masa dewasanya kuman tersebut menjadi aktif. Pengobatan dalam kondisi ini tentu saja menjadi lebih berat.
Hal lain yang bisa memperparah keadaan anak dengan TB aktif adalah gejala TB pada anak bersifat umum dan (sekali lagi), seperti influenza atau batuk-pilek biasa. Kebanyakan orangtua akan mengira anaknya hanya kena penyakit ringan dan pengobatan pun ala kadarnya. Akibatnya, kondisi anak bisa menjadi semakin parah.
Oleh karena itu, ketika gejala muncul, alangkah baiknya langsung saja melakukan investigasi kontak, terutama kalau di sekitar anak ada Kasus Indeks yang telah terdeteksi menderita TB aktif.
Kenali Gejala TB pada Anak
Tadi saya telah menyinggung mengenai gejala TB pada anak yang sifatnya sangat umum dan mirip dengan gejala penyakit lain. Akibat gejala yang mirip dengan penyakit lain inilah bisa saja timbul kesalahan diagnosis dan penanganan yang salah. Berikut beberapa gejala yang perlu kita waspadai dan sebaiknya segera melakukan pemeriksaan TB:
- Nafsu makan anak turun dan berat anak ikut turun tanpa sebab. Meski telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan nafsu makan, juga perbaikan gizi, kondisi tidak membaik dalam jangka waktu 1 bulan.
- Batuk lebih dari 3 minggu dan tidak kunjung reda, apalagi kalau semakin lama batuk semakin parah.
- Demam lebih dari 2 minggu atau demam terjadi berulang tanpa sebab. Suhu tubuh umumnya tidak terlalu tinggi. Biasanya, orang tua mengira anak hanya masuk angin sehingga mengalami demam. Padahal, bisa jadi ini gejala TB.
- Aktivitas anak menurun, jadi malas bermain dan tak lagi aktif. Anak lebih terlihat lesu dan kurang bersemangat.
- Anak mengalami diare terus-menerus selama lebih dari 2 minggu. Bahkan saat sudah mendapatkan pengobatan untuk mengatasi diare, namun tak kunjung sembuh.
Obati TB Laten pada Anak dan Pengobatan untuk TB Aktif
Jika anak terdiagnosis menderita TB Laten, maka perlu profilaksis TB atau pengobatan pencegahan. Terutama pada anak yang berkontak erat atau tinggal serumah dengan pasien TB menular (profilaksis primer), atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder). Sedangkan kalau anak telah terdiagnosis menderita TB aktif, pengobatan harus memperhatikan 3 hal berikut:
- Hanya menggunakan kombinasi obat 3-4 jenis saja untuk pengobatannya.
- Pengobatan biasanya berlaku dalam jangka waktu 6-12 bulan. Dokter tentu saja akan menyesuaikan pengobatan dengan tingkat keparahan infeksi TB. Selain itu, proses pengobatan perlu sampai tuntas agar di kemudian hari tidak kambuh lagi. Jika tak tuntas dan kambuh kembali, jangka waktu pengobatan akan jadi lebih lama akibat kuman telah resisten dengan obat. Akibat berikutnya tentu saja biaya pengobatan menjadi lebih mahal.
- Penyakit Tuberkulosis bisa sembuh. Kunci agar bisa sembuh total adalah patuh dan teratur dalam minum obat.
Cara Mencegah Tertular Penyakit Tuberkulosis
Pemerintah telah menganjurkan pemberian vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin) pada bayi dan balita. Tujuannya untuk mencegah bayi dan balita tertular kuman TB. Memberikan makanan dengan berpedoman pada gizi seimbang kepada anak juga menjadi cara terbaik untuk mencegah anak tertular kuman penyakit. Dengan pemberian gizi yang tepat dan mampu memenuhi kebutuhan tubuh anak maka anak akan tumbuh dengan daya tahan tubuh yang baik.
Oh ya, dr. Wahyuni kasih info juga mengenai tempat-tempat yang memungkinkan kuman TB berkembang dengan baik. Tempat tersebut disebutnya dengan istilah Kumis Pak Joko, yang merupakan akronim dari Kumuh, Miskin, Padat, Jorok, dan Kotor.
Nah, untuk mencegah penyebaran kuman ini, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, seperti:
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat tinggal.
- Sering-sering buka pintu dan jendela rumah agar sirkulasi udara menjadi lebih baik dan rumah pun dapat sinar matahari yang cukup.
- Kuman TB tak bisa hidup di tempat yang kering, sebaliknya bisa tumbuh dan berkembang biak jika berada di tempat yang lembab dan kurang terkena sinar matahari.
Ini sulit sih tapi perlu kita lakukan. Sebisa mungkin jauhkan anak dari pasien TB dewasa. Kita juga bisa membiasakan anak untuk mengenakan masker saat berada di tempat umum. Ingat sekali lagi, penyebaran kuman TB melalui udara. Kita tak pernah tahu siapa yang memiliki kuman ini di dalam tubuhnya saat berada di tempat umum.
Memutuskan Mata Rantai Penyebaran Tuberkulosis
Pembicara berikutnya adalah dr. Arya Wibitomo yang mengatakan beliau sangat mendukung upaya pemerintah untuk menurunkan angka penderita TB di Indonesia dengan cara pemberian obat TB gratis bagi masyarakat.
Dengan adanya pemberian obat gratis ini, tidak ada alasan bagi siapa pun yang telah terdiagnosis maupun yang telah merasakan gejala dan membutuhkan pengobatan untuk segera memeriksakan diri dan mengobati diri hingga sembuh total.
Di saat yang sama, kita semua bisa berperan serta dengan membantu upaya pemerintah melalui upaya yang bisa memutus mata rantai penyebaran Tuberkulosis.
Selain itu, alangkah baiknya untuk tidak mengkonsumsi obat sembarangan. Banyak orang yang senang menduga-duga penyakitnya sendiri. Kemudian membeli obat secara sembarang, tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu di pusat-pusat layanan kesehatan. Padahal, jika sampai mengkonsumsi obat yang salah, bukannya sembuh malah penyakitnya bisa makin parah.
Setelah tahu cara kenali dan obati TB Laten pada anak, yuk kita jaga anak-anak agar terhindar dari penyakit TB. Alangkah lebih baik kalau bisa mencegah daripada mengobati, kan? Referensi lain mengenai kesehatan anak, baca juga tips perawatan gigi anak.
Semoga penderita TB di tahun ini berkurang ya mbak. Kasian banget minum obat nya harus terus-terusan jgn sampai lupa