Rasanya saya baru saja tidur ketika alarm dari ponsel terdengar nyaring. Setengah mati saya membuka mata. Hampir saja saya memejamkan mata lagi saking ngantuknya. Lalu saya teringat, subuh ini adalah bagian paling penting dalam perjalanan kami untuk melihat proses Menuju Indonesia Maju. Ya, pagi ini saya dan rombongan Setkab juga tim BNPP akan melihat langsung proses imigrasi PLBN Entikong di subuh buta. Kenapa harus subuh-subuh lihatnya? Karena ketika gerbang pos perbatasan dibuka pukul 5 pagi, saat itulah kita bisa melihat betapa banyak masyarakat sekitar PLBN yang memanfaatkan pos perbatasan sebagai pintu keluar masuk ke negara tetangga, Malaysia.
Perjalanan ke PLBN Entikong
Kurang lebih jam 3 subuh, saya telah siap dan langsung bergabung dengan tim netizen di depan penginapan. Setelah semuanya lengkap, perjalanan ke PLBN Entikong pun dimulai. Bersama kami ikut pula tim Setkab dan BNPP. Di dalam mobil, kantuk masih menyerang. Semalam kami tiba di penginapan paling bagus di Balai Karangan (memang begitu katanya, penginapan kami malam ini adalah yang terbaik dibanding penginapan lain di daerah yang sama), sekitar jam 11 malam. Saya tak bisa langsung tidur karena harus mencuci sepatu dulu, mandi, dan bikin catatan bagian-bagian penting dari perjalanan yang sudah saya lalui agar tak terlupa.
Syukurnya, pemandangan di luar jendela mobil cukup menarik untuk dilihat meski suasana masih gelap. Dari Balai Karangan, jalan raya tetap mulus seperti jalan yang sudah kami lalui sebelumnya. Di kiri kanan cukup banyak bangunan bertingkat dengan tampilan yang bagus, entah itu rumah milik penduduk maupun kantor atau instansi milik pemerintah setempat. Adanya bangunan yang bagus-bagus tersebut menjadi penanda kalau perekonomian di wilayah tersebut telah mengalami peningkatan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 26km atau sekitar 45 menit, kami akhirnya tiba di gerbang Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong. Suasana di depan gerbang ramai luar biasa. Bis berderet-deret antri, juga mobil pribadi maupun mobil travel. Para penumpang yang sepertinya sudah dari malam menunggu, berdiri di antara antrian kendaraan atau duduk-duduk ngopi di warung-warung yang berjajar di pinggir jalan. Rombongan kami yang kebetulan mendapat akses masuk duluan melalui pintu lain kemudian di briefing terlebih dahulu juga untuk menentukan pembagian pengambilan foto. Sekitar 04.45 WIB kami bergerak ke posisi masing-masing. Saya mendapatkan posisi pengambilan foto di depan pintu masuk ruang imigrasi.
Proses Imigrasi PLBN Entikong
Tepat pukul 05.00 WIB gerbang dibuka dan semua orang berlarian dari gerbang menuju bangunan imigrasi khusus keberangkatan orang. Saat arus orang sudah berkurang baru kendaraan bergiliran bergerak menuju gerbang pemeriksaan. Hanya boleh satu supir dan kendaraan saja yang melalui gerbang pemeriksaan, orang lain (yang merupakan penumpang) harus tetap melalui pemeriksaan di ruang imigrasi. Pelintas batas, sebutan orang-orang yang melewati PLBN Entikong, baik yang secara rutin setiap hari karena mencari nafkah di negara tetangga maupun yang sesekali saja karena bertujuan untuk berlibur, tinggal mengikuti arahan petugas untuk melalui proses imigrasi di PLBN Entikong ini.
Setiap orang beserta barang bawaannya harus melalui pintu detektor logam terlebih dahulu. Setelahnya, dua petugas akan melakukan pemeriksaan awal untuk memeriksa paspor atau Pas Lintas Batas (PLB). Pas Lintas Batas (PLB) adalah kartu khusus yang hanya dimiliki masyarakat yang tinggal di kecamatan Sekayam dan Entikong. Jika telah memiliki PLB, mereka tak perlu menggunakan paspor untuk melintas menuju Sarawak, Malaysia, bahkan warga dua kecamatan tersebut bisa pula hanya menggunakan KTP dan menitipkan kartu tersebut di bagian imigrasi ketika hendak melintas, namun kalau menggunakan KTP hanya bisa untuk satu hari saja. Jika surat-surat yang dibutuhkan lengkap, maka proses pemeriksaan selesai dan pelintas batas bisa melanjutkan perjalanan.
Khusus untuk pelintas yang terdeteksi suhu tubuhnya lebih dari 38 derajat saat melewati alat pendeteksi suhu tubuh maka proses pemeriksaan dilakukan. Mereka akan dibawa ke ruang isolasi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di ruang isolasi tersebut tersedia beberapa ranjang. Pemeriksaan kesehatan akan dilakukan lebih intensif ketika diketahui ada wabah musiman, seperti wabah Zika, MERS-CoV, atau wabah flu burung.
Puas mengambil foto dan melihat beberapa teman yang tadinya bertugas meliput di pintu gerbang telah datang, saya pun berlari menuju bangunan karantina untuk melihat dari atas suasana PLBN Entikong. Hanya sebentar sih, kemudian saya lari lagi ke gerbang pemeriksaan kendaraan untuk melihat pemeriksaan kendaraan yang keluar dari wilayah Indonesia untuk menuju ke pos perbatasan Malaysia.
Proses pemeriksaan kendaraan juga kurang lebih seperti proses pemeriksaan orang. Selain kelengkapan surat-surat, pintu-pintu mobil juga diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya orang di dalam kendaraan selain supir maupun barang-barang yang mencurigakan. Pemeriksaan ini bertujuan agar mereka nantinya tak mengalami kesulitan ketika memasuki negara tetangga atau kembali ke negara sendiri. Informasi selebihnya belum kami dapatkan karena belum bertemu petugas yang berwenang.
Saya sempat sih bercakap-cakap dengan petugas di gerbang pemeriksaan kendaraan. Katanya, PLBN Entikong ini adalah PLBN yang paling ramai arus orang dan kendaraan yang keluar masuk dibandingkan dengan 2 PLBN lain yang juga berada di wilayah Kalimantan Barat, PLBN Aruk dan PLBN Nanga Badau. Ketika belum dibangun dua PLBN lain tadi, jumlah orang dan kendaraan bisa mencapai 750 perhari, namun dengan dibukanya dua pos perbatasan lain, jumlahnya lumayan berkurang, yaitu sekitar 300-400 orang dan kendaraan, ditambah lagi sekarang banyak tersedia penerbangan dari Pontianak dengan harga tiket yang jauh lebih murah.
Zona Aman dan Dua Jenasah yang Melalui Proses Imigrasi PLBN Entikong
Ada yang menarik saat kami meninjau proses imigrasi PLBN Entikong pagi ini. Kami sempat diajak untuk berfoto di zona aman. Zona aman adalah zona antara pos perbatasan Indonesia dengan pos perbatasan Malaysia. Zona ini tak terlalu luas. Saya iseng sempat menghitung, ya kira-kira 20 puluh langkah dari gerbang Indonesia, saya sudah tiba di gerbang negara Malaysia. Puas berfoto dan karena matahari sudah mulai tinggi, kami pun melangkah meninggalkan zona aman untuk kembali ke penginapan. Kami belum sarapan lho. Namun perhatian saya dan teman-teman lagi-lagi terhenti ketika melihat dua mobil ambulan terparkir di dekat bangunan imigrasi.
Satu ambulan memuat peti jenasah dari warga negara Indonesia yang meninggal di Malaysia karena pengobatannya gagal. Pihak keluarga yang mengurus proses kepulangan jenasah mengurus surat-surat dan peti jenasah dikeluarkan dari ambulan untuk masuk ke X-ray, lalu dikembalikan lagi ke ambulan. Prosesnya cukup cepat.
Hal ini sangat berbeda dengan ambulan yang satu lagi, yang memuat peti jenasah TKI yang katanya meninggal tapi bukan karena sakit atau setelah perawatan di negara tetangga. Peti jenasah kedua ini hanya berupa kotak kayu sederhana, kontras sekali dengan peti jenasah satunya. Hati jadi miris melihatnya. Sayangnya, saya tak mendapatkan informasi lengkap mengenai hal ini, karena pagi ini kami hanya datang untuk meliput proses imigrasi PLBN Entikong.
Jika kalian sedang berada di Pontianak dan sedang eksplorasi wilayah di sekitarnya, atau mau mencoba melintasi pos perbatasan, semoga informasi mengenai proses imigrasi PLBN Entikong ini bisa sedikit membantu. Oh ya, pembangunan PLBN ini belum usai loh karena saat ini masih ada proses Pengembangan PLBN Entikong Terpadu Tahap 2. Mau tahu udah sampai mana pengembangannya? Tunggu ulasan saya selanjutnya ya.
Keren mba, bisa melihat lngsung fasilitas pemerintah di perbatasan. ehh PLBN singkatan apa sii mba?
Sm yg bnar,Jenasah apa Jenazah ya.. Hhee