Januari 2018 menjadi pembuka tahun baru yang luar biasa bagi saya. Di bulan ini, untuk pertama kalinya setelah belasan tahun menikah saya pergi ke Bali berdua dengan Pewe. Perjalanan yang awalnya menyenangkan mendadak berubah jadi tak lagi nyaman ketika telah bergabung dengan rombongan. Ada banyak sekali ketidaksinkronan hingga saya dan suami harus memutar otak dan berpikir ulang. Lanjut atau cukup sampai di sini. Berbagai pertimbangan dijungkir balik. Berbagai risiko yang mungkin dialami diprediksi. Akhirnya keputusan kami berdua bulat, kami ingin berhenti sampai di sini saja. Semua bermula di Bali dan Nusa Dua Bali tempat kelak kami kembali.
Petualangan Berdua yang Sempurna
Pada hari ke-5 di Bali, saya dan Pewe memutuskan memisahkan diri jika ingin liburan kami tetap berjalan sempurna. Pada tulisan ini saya tak akan lagi mengungkit masalah yang telah berlalu. Saya telah berhasil menutup lembaran usang tersebut dan berusaha melupakannya. Meski sesekali masih teringat, segalanya tak lagi menyakitkan.
Begitu memutuskan melanjutkan liburan hanya berdua saja, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari penginapan. Pilihan tetap di Ubud karena berada di tengah dan memudahkan kami menjangkau berbagai tempat wisata. Selain itu, sudah empat hari kami berada di sini dan suasananya masih membuat kami betah.
Penginapan kami temukan berkat banyaknya aplikasi pemesanan penginapan online, juga tersedianya berbagai review penginapan di Bali. Dua jam di penginapan, kami menyusun ulang semua rencana. Pertama, kami menghitung ulang budget yang tersedia akibat terjadinya perubahan rencana.
Kami juga harus memikirkan transportasi yang digunakan, makan, dan terakhir menyusun tempat wisata di Bali mana saja yang akan kami kunjungi. Sekitar pukul 3 sore, kami meninggalkan penginapan untuk mencari persewaan sepeda motor di Bali. Karena hanya berdua, lebih asyik rasanya kalau keliling Pulau Bali dengan berboncengan, selain tentu saja lebih hemat.
Karena waktu yang tersisa di hari ke-5 sangat sempit, kami memutuskan hanya pergi ke dua tempat. Eksplorasi sekitar Ubud, masuk Monkey Forest, dan terakhir berburu sunset ke Tanah Lot. Sayangnya, acara menikmati sunset di Tanah Lot gagal akibat mendung, yang kemudian diikuti gerimis. Sedikit kecewa sih.
Sebagai pengobat kecewa, pulang dari Tanah Lot, kami mampir ke Canggu. Duduk berdampingan di pantai. Menikmati keheningan. Sesekali berbisik mengucapkan rasa. Bersama begini, berdua saja. Sungguh rasanya membahagiakan.
Keesokan harinya, saya sempat berpikir ingin jalan-jalan lagi ke Candi Tebing Gunung Kawi. Tapi Pewe malah mengajak saya untuk berburu air terjun saja. Ada beberapa air terjun yang lokasinya berdekatan dan menjadi incaran kami. Waktu liburan kami di Bali tinggal beberapa hari lagi. Semakin banyak tempat yang kami kunjungi jelas lebih baik. Jadi, selesai sarapan kami langsung meninggalkan penginapan. Berboncengan motor menikmati udara pagi Bali yang menyenangkan. Tak ada kemacetan, karena bulan Januari bukan musim ramai turis.
Air Terjun Tibumana, Tukad Campuhan, Air Terjun Pengibul, berada di lokasi yang sangat berdekatan hingga dalam waktu singkat kami bisa menjelajahi ketiga tempat wisata di Bali ini sekaligus. Selanjutnya, 30 menit menempuh perjalanan dengan naik motor, kami tiba di Air Terjun Goa Rang Reng. Di air terjun terakhir inilah petualangan mendaki air terjun saya alami untuk pertama kalinya. Seru banget, apalagi Pewe pun ikut serta, meski awalnya dia takut-takut untuk mendaki.
Meninggalkan Air Terjun Goa Rang Reng, kami ngebut ke Danau Batur. Mampir juga ke Pura Ulun Danu dan sebagai penutup kami juga berkunjung ke Desa Trunyan. Perjalanan sama sekali tak melelahkan, berbeda sekali dengan saat kami masih bersama rombongan. Eits, mulai lagi menyerempet nih. Tapi ya begitulah, ketika satu rangkaian kenangan teringat, maka ingatan-ingatan di sekitarnya pun bakal ikut teringat pula. Bagaimana pun, saya bersyukur dengan adanya kejadian tersebut kami malah bisa menikmati liburan dengan cara yang sangat luar biasa.
Surga Dunia di Nusa Dua
Tanggal 18 Januari 2018 menjadi hari terakhir kami di Bali karena keesokan harinya kami harus kembali ke Jakarta. Pagi saat sarapan, saya dan Pewe berbincang berdua. Mau ke mana lagi kami hari ini? Pewe usul ke tempat wisata yang paling jauh saja, sementara saya ingin ke Pantai Pandawa. Saya pernah lihat salah satu saudara sepupu saya posting mengenai Pantai ini di Facebooknya. Ide ini saya beritahu ke Pewe dan dia setuju. Jadi begitu selesai sarapan, kami langsung meluncur ke arah Nusa Dua.
Kali ini perjalanan naik motor berkesan banget mengingat perjalanan yang harus ditempuh cukup panjang. Selain itu, ini pertama kalinya saya melintasi jalan tol yang ada khusus untuk pengguna sepeda motor. Bagus ya sekarang dari Bali ke Nusa Dua jalannya. Pembangunan di Indonesia semakin pesat dan sungguh menuju Indonesia maju.
Meski rencananya mau ke Pantai Pandawa, di persimpangan jalan kami malah galau, antara mau ke Tanjung Benoa atau langsung ke Pandawa. Pewe akhirnya yang mengambil keputusan untuk ke Tanjung Benoa dulu karena dia belum pernah ke sana. Berputar-putar di Tanjung Benoa cuma sebentar karena di antara kami berdua tak ada satu pun yang berminat mencoba watersport. Khusus hari ini, kami ingin liburan yang santai-santai saja.
Pewe kemudian iseng mengarahkan sepeda motor ke Pantai Nusa Dua. Begitu tiba di pantai ini, saya rasanya tak ingin pulang, begitu pun Pewe. Dia bilang, harusnya dari hari pertama saja kami di sini. Pasti puas banget. Kami jalan kaki bergandengan tangan. Menyelusuri setiap sudut pantai. Menemukan spot-spot yang tak biasa untuk melihat para surfer bermain-main dengan ombak. Menjelajah jalan setapak. Menyusuri bibir pantai dengan kaki telanjang yang sesekali terkena air laut. Pantainya bersih banget. Airnya biru. Kalau buat berenang pastilah menyenangkan.
Beberapa jam kemudian kami habiskan dengan menyewa kursi pantai. Duduk di sana sambil menikmati suasana. Ada beberapa turis yang berjemur di dekat kami, sedikit anak yang bermain bola atau belajar menaiki papan surf di pantai. Makan siang pun kami di sini. Sama sekali enggan beranjak. Andai bisa, kami ingin sekali saja menginap di sini. Sayangnya, barang-barang kami masih di penginapan. Ah ya sudahlah. Sekitar pukul 4, Pewe teringat janjinya untuk mengajak saya ke Pantai Pandawa. Kami pun dengan berat hati meninggalkan Pantai Nusa Dua yang masih meninggalkan jejaknya dalam hati kami.
Nusa Dua Bali Tempat Kelak Kami Kembali
Nanti kami ke sini lagi. Kami tinggal lebih lama di sini. Dua kalimat itu beberapakali terucap dari mulut Pewe dalam perjalanan kami selanjutnya. Ya, Nusa Dua Bali tempat kelak kami kembali. Impian yang semoga bisa kami wujudkan dengan segera.
Hari ini, saat saya menulis kisah ini, sudah lima bulan berlalu. Namun kenangan yang tertinggal saat kami menghabiskan hari di Pantai Nusa Dua masih membekas begitu dalam. Keinginan untuk kembali ke sana sempat tercetus beberapa hari sebelum libur lebaran. Tapi tentu saja belum bisa. Belum saatnya kami kembali ke sana.
Sama seperti ingatan tentang Nusa Dua Bali tempat kelak kami kembali. Ya, kami pasti akan kembali ke Nusa Dua Bali lagi.
jadi pengen ke Denpasar lagi…jadi ingat 2 tahun lalu kami berlibur ke pulau nusa lembongan Bali. Thanks