Penulis : Lia Indra Adriana
KEV MIRROW, PENULIS BESTSELLER PULANG KE INDONESIA DAN MENEMUKAN INSPIRASINYA KEMBALI DARI SEORANG WANITA!
Mengenai artikel yang Anda tulis, saya ingin meluruskan beberapa hal :
- 1. Saya tidak pernah kehilangan ide menulis, saya hanya vakum menulis sementara
- 2. Eliana Candra, cewek yang mengaku sebagai saya sebenarnya adalah asisten saya. Namanya saya gunakan sebagai tokoh utama di novel terbaru saya karena ingin menghukumnya (Saya tidak ingin membahasnya).
- 3. Saya masuk ke rumah sakit karena kecelakaan mobil beruntun, bukan karena tidak konsentrasi saat menyetir!
Kev Mirrow membaca ulang email yang hendak ia kirim. Dahinya berkerut, ia berpikir keras. Lalu sambil mendengus ia menghapus semua hasil ketikannya, menggantinya dengan sebaris tulisan.
Terima kasih telah menepati janji Anda mengirimkan hasil wawancara. Tidak ada yang salah. Anda boleh memuatnya di majalah.
Selasa, 25 Juli 2013 (10 hari setelah aku melakukan posting pertama untuk review buku ini)
Sesuai dengan janjiku, aku akan menuliskan review atas buku ini ya. Sebenarnya, buku ini sudah selesai kubaca beberapa hari yang lalu, namun karena adanya deadline menulis yang harus kutunaikan terlebih dahulu, maka terpaksa review ini sedikit tertunda.
So… Ini tanggapanku atas buku ini.
Paper Romance mengisahkan tentang Kev, sebagai seorang penulis yang sempat vakum dua tahun dan akhirnya muncul kembali dengan sebuah naskah yang digadang-gadang akan menjadi best seller. Sayangnya, adalam penyelesaian naskah terbarunya ini, Kev terpaksa melibatkan Eliana Chandra, perempuan ‘penurut dan lembut’ yang terpaksa ditugaskan untuk menjadi asisten sementara Kev karena tangan Kev yang sedang terkilir.
Cerita pun bergulir, Kev yang egois, kepala batu dan mau menangnya sendiri tentu saja membuat Eli kerepotan dibuatnya. Semua yang dilakukan Eli selalu saja salah di mata Kev, tapi anehnya, Eli tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkan Kev.
Sampai pada bagian ini, aku cukup tertarik dengan karakter tokoh Kev yang kuat dan konsisten. Kev mampu memikatku dengan cara aneh. Sebagai penulis pemula, aku belajar banyak dari Paper Romance ini untuk melihat sebuah karakter yang begitu kuat, membuat gemas sekaligus geli dengan ulah Kev. Ini keren dan karena karakter Kev inilah aku melanjutkan membaca buku ini.
Sementara itu, karakter Eli yang penurut dan seperti tidak memiliki ‘kemauan sendiri’ juga pelan-pelan mengundang rasa kasihan, penasaran sekaligus gemas, Kok ada sih perempuan yang seperti ini. Karakter Eli ternyata terbangun dan bertumbuh seiring dengan berjalannya cerita. Seperti aku (pembaca) yang tertarik dengan Kev, ternyata Eli juga memiliki ketertarikan pula dengan Kev. Di dunia nyata, karakter Kev dan Eli akhirnya bisa menggambarkan sisi manusiawi yang nyata kalau di dunia ini pasti ada juga dua manusia berlawanan jenis yang memiliki ketertarikan seaneh ini.
Lalu satu kejadian terjadi. Kev kecelakaan. Berita Kev yang kecelakaan ini didengar Eli beberapa menit setelah ia mengucapkan doanya agar Kev terlibat tabrakan dan kecelakaan hingga membuat Eli tidak harus datang ke kantor dan bertemu dengan Kev yang marah-marah. Doa yang terwujud dan adegan rumah sakit lagi-lagi menghiasi novel.
Aku jadi berpikir, kenapa adegan kecelakaan dan efek rumah sakit selalu diangkat untuk menimbulkan dramatisasi di dalam novel?
Saat membaca bagian ini, aku sempat kecewa. Waduh, kok adegan seperti ini lagi. (Soalnya, di beberapa novel yang berhasil kutulis, aku juga memakai adegan ini dan kesadaran baru membuatku berpikir kalau semua novel mengangkat adegan kecelakaan dan rumah sakit, pasti lama-lama pembaca akan bosan)
Tapi ternyata Lia Indra Andriana menyisipkan cerita berbeda dalam adegan yang sama. Dalam kecelakaan itu Kev baik-baik saja. Hanya saja efek dari tabrakan itu membuat Eliana mengetahui kalau Kev mengidap suatu penyakit yaitu aneurisma di pembuluh darah otak. Begitu mendapatkan informasi baru tentang penyakit Kev ini aku langsung mengubah pandanganku terhadap adegan kecelakaan dan rumah sakit. Ternyata, dengan menyisipkan satu informasi baru yang belum diketahui oleh pembaca, adegan yang sering terjadi dan berkesan basi bisa membangkitkan rasa penasaran baru.
Secara keseluruhan, buku ini menghadirkan banyak kejutan. Eli yang salah ketik nama tokoh di dalam novel yang ditulis Kev ternyata menceburkan dirinya sendiri ke dalam masalah yang semakin pelik. Eli terpaksa berperan menjadi kekasih Kev tanpa dikehendakinya.
Lalu kemunculan satu tokoh perempuan yang ternyata inspirasi Kev dalam menulis novel, kisah nyata yang pernah dialami Kev di masa lalunya ( ini juga jadi point penting yang mengundang penasaran), dan mengingat penyakit Kev, aku sempat mengira ending novel ini menyedihkan dan kemungkinan besar berakhir dengan kematian. Ternyata, siapa sangka, endingnya menyajikan hal-hal yang sama sekali tidak terduga.
Sebagai penggila buku dan pembaca novel, biasanya aku selalu mampu menebak akhir cerita di pertengahan buku. Tapi saat membaca Paper Romance, tebakanku benar-benar meleset.
Jadi, buku ini recommended banget dah!
Kekurangan dari novel ini?
Di reviewku sebelumnya selalu kukatakan, sebagai seseorang yang sedang belajar menulis, aku jarang sekali mengangkat kekurangan suatu buku. Biasanya, kekurangan itu akan aku simpan sendiri dan menjadi pembelajaran buat diriku agar bisa menuliskan kisah yang sama baiknya dengan buku-buku yang sudah kubaca. Kenapa aku melakukan hal ini?
Melihat kekurangan orang lain memang selalu mudah dan itu bisa menimbulkan pikiran negatif yang tidak perlu. Daripada begitu, alangkah lebih baiknya jika kita selalu melihat segala sesuatu (termasuk seseorang) dari kelebihan-kelebihannya saja dan itu membuat kita belajar pula untuk selalu berpikiran positif dan melihat segala sesuatunya dari sudut pandang positif
Selamat membaca, Teman 🙂