Dalam rangka memeriahkan hari jadi Kota Bogor ke-535, Istana untuk Rakyat (Istura) atau dikenal pula dengan nama Istana Open kembali diselenggarakan Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat. Event ini berlangsung selama lima hari kerja, yaitu mulai tanggal 24 Juli hingga 28 Juli 2017. Kebetulan, saya mendapatkan kesempatan terbaik untuk berkunjung ke Istana Bogor ini dari Mbah Wardah Fajri dan Komunitas BloggerCrony.
Pemeriksaan Penting yang Harus Dilalui.
Sekitar pukul 6 pagi, saya sudah berada di stasiun Pondok Ranji. Pilihan saya ke Bogor tetap lebih praktis naik komuter daripada naik kendaraan pribadi. Harapannya sih biar tidak terlambat karena semua peserta yang turut dalam acara kunjungan ke Istana Bogor ini wajib tiba pukul 9.30 wib di lokasi. Sayangnya, beberapa komuter yang melintas penuh sekali. Saya terpaksa menunggu komuter yang sedikit kosong, karena sungkan juga sih maksain naik sementara yang di dalam kereta sudah berjejalan seperti ikan sarden dalam kaleng.
Pukul 7.15 akhirnya kereta yang sedikit lengang tiba. Saya pun naik. Sempat kembali menunggu di stasiun Tanah Abang, akhirnya perjalanan ke Bogor pun dimulai. Sayangnya, perhitungan waktu saya meleset sedikit. Saya baru tiba di titik kumpul yang dijanjikan pukul 9 pagi. Telat 30 menit yang bikin saya jadi tergopoh-gopoh berjalan cepat dari stasiun ke titik kumpul, tempat Mas Hendra menunggu.
Setelah menerima tiket masuk dan menitipkan tas ke Mas Hendra, saya bersama dua teman, bergegas menyusul rombongan BloggerCrony yang telah lebih dulu berangkat. Barisan panjang pengunjung yang antri untuk dapat masuk ke Istana Bogor cukup panjang. Untungnya saat kami bertiga kebingungan karena melihat panjangnya antrian, seorang petugas mendatangi dan bertanya, “Apa sudah ada rombongan yang berada di dalam?” Saya cuma mengatakan kalau rombongan kami sudah berangkat dan kami terlambat sedikit datangnya. Syukurlah, petugas itu berbaik hati mengizinkan kami ikut antrian rombongan anak SD yang saat itu sudah mulai masuk ke gerbang Istana Bogor.
Saya, kedua teman, dan rombongan anak SD mulai berbaris satu per satu di dua pintu pemeriksaan. Pengunjung laki-laki dan perempuan dipisah, karena setelah melalui pintu pemeriksaan itu, tubuh kami pun diperiksa. Setelahnya, saya berjalan cepat menuju bagian depan Istana Bogor dan melihat rombongan dari BloggerCrony sudah ada di sana dan sedang mendengarkan informasi dari seorang petugas mengenai sejarah dan apa saja yang ada di Istana Bogor.
Pemeriksaan yang ketat ini sebenarnya wajar saja. Istana Bogor merupakan tempat tinggal presiden dan juga menjadi tempat untuk melangsungkan pertemuan dengan tamu-tamu negara. Itu makanya pengamanan ketat perlu dilakukan. Saya pribadi memaklumi hal ini dan wajar jika ikon negara tercinta ini dijaga dengan baik dari kemungkinan adanya oknum-oknum yang merusak.
Apa Saja yang Ada di Istana Bogor.
Dari informasi yang saya dapatkan saat berada di depan teras utama Istana Bogor, istana ini merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda. Istana ini didirikan oleh Baron Gustaf Willem van Imhof, Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu. Luas kompleks Istana Bogor kurang lebih 28 hektar. Di sini ada pula berbagai jenis hewan peliharaan presiden, mulai dari rusa, kuda, dan lain sebagainya. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga memelihar kodok, lho.
Istana Bogor yang terdapat di Jalan Ir. H. Juanda No. 1, Bogor ini memiliki beberapa bangunan dan gazebo dengan fungsinya masing-masing. Di Gedung Induk terdapat banyak ruangan, seperti Ruang Garuda yang biasanya digunakan saat menyelenggarakan resepsi dan pertemuan kenegaraan. Lalu ada Ruang Teratai untuk menerima tamu. Ruang Film, Ruang Makan, Ruang Kerja Presiden, Ruang Perpustakaan, Ruang Family, Ruang Tunggu Menteri, dan tentu saja Ruang Tidur untuk presiden. Ada pula Ruang Panca Negara yang terdapat di Gedung Utama sayap kiri yang pernah digunakan untuk KOnferensi Asia Afrika di Bandung.
Di sini ada juga kolam renang, lho, letaknya di Gedung Dyah Bayurini yang merupakan tempat tinggal Presiden beserta keluarga. Kolam renang tersebut tentu saja tidak bisa digunakan untuk umum ya. Selain ada kolam renang di gedung itu, ada pula ruang serba guna, paviliun dan ruangan-ruangan lain yang memiliki fungsi berbeda.
Jalan-jalan Seru ke Museum Kepresidenan RI.
Karena tidak bisa masuk ke Istana Bogor, kami akhirnya jalan-jalan ke sekitar Istana Bogor saja. Dari teras depan, kami menuju ke teras belakang yang pernah digunakan Presiden Joko Widodo untuk menjamu mantan Presiden RI periode sebelumnya, yaitu Pak Susilo Bambang Yudhoyono. Kami juga sempat mengintip ruangan yang pernah digunakan untuk menyambut Raja Arab Saudi, Raja Salman.
Setelahnya, kami menuju ke Museum Kepresidenan RI. Museum ini dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada para tokoh yang pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia. Museum ini diresmikan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18 Oktober 2014, dan diberi nama Balai Kirti.
Museum Kepresidenan Republik Indonesia terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama diberi nama Galeri Kebangsaan. Di bagian depannya ada enam patung Presiden RI yang terbuat dari perunggu. Di dalam Galeri Kebangsaan terdapat naskah proklamasi, lambang negara burung garuda, dan naskah-naskah penting lain, seperti Sumpah Pemuda, Pembukaan UUD 1945, Pancasila, dan lain sebagainya. Sayangnya, kami tidak diizinkan memasuki ruangan ini.
Kami hanya bisa masuk ke lantai dua, yang diberi nama Galeri Kepresidenan. Di sini tersimpan berbagai barang koleksi dari masing-masing presiden RI, juga informasi penting berkaitan dengan prestasi dan karya mereka selama menjabat jadi Presiden RI. Dari Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, hingga koleksi barang mantan Presiden SBY tersimpan di sini. Oh ya, di setiap ruang masing-masing presiden juga terdapat album foto digital dan video wall mengenai sejarah panjang selama pemerintahan mereka. Kita bisa mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan di sini.
“Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.”
– Presiden Soekarno –
Di lantai tiga sebenarnya terdapat ruangan besar berisi sofa dan taman yang konon katanya digunakan sebagai tempat bersantai presiden sembari menikmati perjalanan sejarah negara ini. Namun lagi-lagi, saya dan teman-teman Blogger tidak bisa melongokkan kepala ke ruangan ini.
Setelah dari Museum Kepresidenan, acara pun berakhir. Kami berjalan menuju titik kumpul di Balai Kota untuk mengambil tas dan barang bawaan lainnya yang dititipkan dan dijaga Mas Hendra. Terima kasih banyak lho, Mas, sudah jagain barang-barang kami dan tidak ikut keseruan kami jalan-jalan ke Istana Bogor.
Tidak lama kemudian, kami berpisah. Beberapa teman memutuskan untuk ke Taman Topi demi bisa wisata kulineran di sana, salah satu yang mereka incar adalah soto mi Bogor yang terkenal lezat. Saya sendiri memilih untuk nongkrong sejenak di salah satu kedai kopi. Akibat tidak sempat ngopi pagi tadi, sakit kepala mulai menyerang dan bikin saya kliyengan.
Sekilas Sejarah Istana Bogor.
Dari laman wisatajabar.com, saya menemukan informasi mengenai sejarah Istana Bogor. Dalam laman ini disebutkan bahwa Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang masih berfungsi dan terawat baik hingga saat ini. Istana Bogor dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Gustaaf Willem Baron van Imhoff pada 1744. Ketika itu, ia terpukau dengan keindahan dan kedamaian di Kampung Baru Bogor, yang merupakan wilayah bekas Kerajaan Pajajaran. Ia pun berencana membangun tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Desain awal bangunan Istana Bogor dibuat sendiri oleh Gustaaf, dan mulai melakukan proses pembangunan sejak 1745 hingga 1750. Contoh arsitektur bangunan yang diinginkannya, ia berinovasi dari Blehheim Palace, tempat tinggal Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Awalnya, bangunan ini terdiri dari tiga tingkat dan merupakan tempat peristirahatan saja. Bahkan sejak 1870 hingga 1945, Istana Bogor ini menjadi tempat tinggal resmi 38 Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pernah menjabat, dan satu Gubernur Jenderal Inggris. Dalam perkembangannya, Istana Bogor terus mengalami pengembangan dan perbaikan hingga terlihat seperti sekarang. Dan baru pada 1950, Istana Bogor digunakan sebagai pusat pemerintahan dan menjadi salah satu Istana Presiden RI.
Senangnya saat impian jadi kenyataan.
Ketika keindahan dan kedamaian bersinergi, lahirlah kreasi!