Ada banyak buku dan novel yang sudah saya baca. Ya, saya memang senang membaca buku, apa pun jenisnya. Bagi saya, membaca merupakan satu kewajiban yang penting sekali untuk dijadikan kebiasaan. Kali ini, saya akan menulis review buku Negeri Para Roh karya Rosi L. Simamora.
Awal Menemukan Negeri Para Roh
Orang yang berprofesi sebagai penulis harus banyak membaca. Karena seperti gelas yang harus terus terisi air supaya air berlimpah ruah, maka begitulah seharusnya otak dan jiwa dilimpahi dengan kata-kata. Tapi entah kenapa, buku ini terlewat hingga saya baru mendapatkannya akhir Agustus 2016. Begitu tiba di rumah, saya langsung membacanya.
Ada banyak teori menulis yang mengatakan, “Paragraf dan adegan pembuka harus mampu menarik perhatian pembaca.” Lalu, di teori yang lain lagi mengatakan, “Tiga bab pertama dalam sebuah buku harus mampu memikat hati pembaca hingga ‘memiliki keharusan’ untuk membaca sampai selesai.”
Buku Negeri Para Roh karya Rosi L. Simamora yang saya baca ini tidak hanya memiliki bagian pembuka yang memikat, namun keseluruhan isi buku ini membuat saya terpana sampai tak bisa berhenti membaca. Bahkan, saya sampai tiga kali membaca novel ini dan sama sekali tak merasa bosan dengan jalinan setiap kata di dalamnya.
Isi Buku
Buku ini mengisahkan petualangan dan perjalanan nyata yang dilakukan oleh lima kru televisi (Trans7) untuk program Jejak Petualang. Mereka terdiri dari Senna Johanjaya, Hara, Bagus, Sambudi, dan Totopras. Keinginan untuk menyajikan tayangan yang berkualitas dan meliput daerah-daerah terpencil di Indonesia yang eksotik membawa mereka ke Agats, distrik di kabupaten Asmat, Papua (terletak di pesisir selatan Papua).
Setelah dua bulan berada di Agats, mereka berhasil mengumpulkan materi yang nanti akan mereka tayangkan kembali. Lalu, tiba waktunya pulang. Ya, semua perjalanan selalu ditutup dengan pulang. Entah perjalanan itu jauh dan panjang, atau hanya trip singkat akhir minggu, atau sekadar ke kantor setiap hari. Kita selalu butuh pulang. (Halaman 27 – Negeri Para Roh).
Tanggal 6 Juni 2006, Senna dan teman-temannya memutuskan untuk pulang. Mereka akan naik longboat sepanjang dua belas meter dan lebar satu koma tujuh meter, yang disewa dari Bapa Alex.
Menurut Bapa Alex, ini adalah longboat terbesar dan paling nyaman di seantero Agats. Di dalamnya sudah tersedia pelampung dan mesin motor ekstra untuk berjaga-jaga jika mesin longboat yang rusak di perjalanan (hal 29).
Selain itu, Luky yang akan menjalankan longboat ini. Dia adalah motoris paling andal di seluruh Agats dan berpengalaman karena sering membawa tamu melintasi rute Agats-Timika. Namun, baru saja longboat meninggalkan dermaga Agats, seseorang berteriak-teriak ke arah mereka, “Mana rombongan dari Jakarta? Tahan mereka!
Perjalanan Penuh Ketegangan
Teriakan bergema meminta semua yang berada di longboat kembali, tetapi tak ada satu pun yang mendengar. “Jangan sampai berangkat! Ini tanggal tidak bagus!” Lalu, “Kembali! Kemb..” (hal 32).
Sayangnya, longboat terus melaju. Sambudi, salah satu kru yang sangat menginginkan pulang hari itu mengatakan kalau itu hanyalah takhayul, mengingat seluruh isi pulau penganut takhayul semua. Jadi, para kru tetap meneruskan perjalanan alih-alih kembali dan mengikuti peringatan yang diteriakkan oleh orang itu.
Kelima kru ingin segera pulang agar bisa bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai. Itu sebabnya, mereka terus melanjutkan perjalanan. Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang menduga, ada sesuatu yang menunggu dan akan mengubah seluruh perjalanan hidup mereka.
Seperti mimpi, sekonyong-konyong ombak yang amat sangat jemawa dan berang menghantam telak. Mencengkeram, mengaduk, menggumul, meremas. Dan semburan air yang asin serta menyengat tahu-tahu sudah memenuhi setengah badan longboat. (Hal. 38).
Apakah Mereka Selamat Tiba di Timika? Apakah mereka berhasil tiba di Jakarta dan bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai? Temukan jawabannya dengan membaca sendiri buku ini. Saya jamin, kamu tidak akan kecewa. Rosi L. Simamora berhasil menuliskan kisah yang luar biasa ini dengan cara yang menakjubkan.
Pendapat Saya tentang Novel Negeri Para Roh
Rosi tidak hanya bercerita bagaimana proses perjalanan berlangsung. Dengan plot maju mundur dan dengan penggunaan dua sudut pandang, Rosi juga menyelipkan budaya masyarakat Agats serta kepercayaan penduduk di sana.
Kisah-kisah takhayul yang seolah tak nyata, namun diyakini penduduk di sana sebagai sesuatu yang memang sering terjadi, juga diceritakan secara detail. Di saat yang sama, penggunaan diksi yang beragam dan pilihan kata yang berima membuat saya merasa diperkaya dalam hal perbendaharaan kosakata.
Buku ini penuh petualangan yang mendebarkan! Kata-kata bermakna yang begitu dalam, keimanan yang dipertaruhkan, juga kenyataan bahwa ada hal lain di dunia ini yang di luar kuasa manusia hebat mana pun.
Dan saya benar-benar menantikan kisah di dalam buku ini akan diwujudkan secara nyata dalam bentuk film.
Kutipan Motivasi Penuh Semangat
“Keberanian itu harus dimiliki, Ra. Dilatih setiap hari, setiap saat, karena pada dasarnya manusia itu pencemas dan selalu meragukan dirinya. Suatu hari entah kapan, keberanianmu akan diuji, maka itu penting untuk melatihnya.” (Hal. 200).
“Kenapa harus menunggu sampai tidak ada pilihan sih?” (Hal. 206)
“Ada yang bilang, pada dasarnya semua manusia diciptakan dengan resep dasar yang kurang-lebih sama. Yang membuat berbeda adalah bagaimana mereka dibesarkan, apa saja yang mereka latih dan lakukan berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan, dan pengalaman-pengalaman yang perlahan membentuk mereka.” (Hal. 208).
Senna tersenyum dan menggeleng, di benaknya kalimat Steven Callahan yang sempat diucapkan Totopras saat membuat bivak kembali terngiang: “… semuanya serba dicukupkan.
Aku memiliki makanan secukupnya untuk bertahan, air secukupnya untuk mencegahku dehidrasi, cuaca secukupnya agar aku tidak mengalami hipotermia. Dan dalam kesendirianku di tengah alam ganas yang mahaluas, aku menyadari bahwa aku tidak sendirian, karena Tuhan terasa di mana-mana.: (Hal. 236).
“Setiap orang berhak menghadapi bencana hidupnya dengan caranya sendiri. Tugas kita hanya memberikan sedikit empati dan dukungan.” (hal 243).
“Tuhan tidak berpaling dari kita, Sen!” (Hal. 257)
Spesifikasi Buku
Judul Buku: Negeri Para Roh
Penulis: Rosi L. Simamora
Terbit: Oktober 2015
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 288
ISBN13: 9786020321134
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca review buku Negeri Para Roh ini? Penasaran? Langsung cari novelnya dan baca sendiri ya. Untuk kamu yang senang menulis, baca juga Tips Menulis Buku ini.