Judul Buku : Rememoare
Penulis : Agustina K. Dewi Iskandar
Penerbit : PT. Grasindo
Tahun Terbit : 2013
Tebal : 208 halaman
Ketika takdir bicara, semua kehendak bebas harus berhadapan dengan momen inersia.
Bagaimana jika kamu kehilangan kehidupan dalam semalam? Ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang tak bisa diingatnya – saat terbangun dalam sebuah labirin. Segala hal akan berjalan seolah-olah berada di dalam kehidupan milik orang lain.
“Sebelah wajahku hancur, aku masih bisa tertawa. Kamu merampas kebahagiaanku!” Katarina mengangkat wajah. “Dan, apakah selama ini kamu sungguh-sungguh bahagia, Ardhin?”
Batas kemampuan manusia menjadi suatu hal yang tak terbantah, manakala hasrat dan mimpi bermain di dalamnya. Ketika Katarina berharap bahagia dengan seseorang yang menjadi pilihannya, ternyata ada pergerakan lain yang lebih memiliki kuasa dalam menciptakan kisah yang sempurna.
Saat kemalangan menjadi suatu karunia, pada satu titik, ada pengingkaran dalam diri Katarina karena sebagian kenangan berharga miliknya tercuri oleh orang yang telah menjadi masa lalunya. Mereka harus tetap menjalani kehidupan rekayasa dengan sebuah plot abadi tanpa pemain pengganti.
***
Review
Kisah dimulai dengan pertemuan Katarina dan Aldo dengan kedua orang sahabatnya yaitu Olka dan Achmad. Mereka berempat tengah berkumpul di sebuah kafe dan sedang membahas rencana pernikahan Katarina dan Aldo yang akan berlangsung bulan lagi. Sayangnya, pertemuan hari itu tidak sepenuhnya mendiskusikan rencana pernikahan tersebut karena Olka dan Achmad yang juga merupakan sepasang kekasih, tengah sibuk berdebat tentang penting tidaknya sebuah pernikahan bagi laki-laki dan perempuan.
Di tengah perdebatan itu – seperti biasanya – Aldo akan selalu menjadi penengah. Aldo adalah seseorang yang baik hati dan penuh cinta pada orang-orang di sekitarnya dengan porsi yang nyaris sama besar, meski porsi cinta yang paling besar tentu saja milik Katarina. Karena perdebatan itu terlihat tidak akan ada ujungnya, Katarina pun mengedarkan pandangannya dan mulai mengamati orang-orang di sekitarnya. Lalu tidak lama kemudian ia pun mulai merasa mengantuk.
Cerita pun bergulir. Pagi datang, Katarina terbangun dan ia langsung terkejut setengah mati ketika mendapati seorang laki-laki berbaring di sebelahnya dengan keadaan tubuh yang telanjang, memanggilnya Bunda, serta ada suara tangis seorang anak kecil. Dan ia lebih terkejut lagi saat mengetahui kalau laki-laki itu adalah Ardhin, mantan pacar yang sudah lama dilupakannya. Tidak hanya itu, Seingat Katarina, ia merencanakan pernikahannya di kafe bersama Aldo, Olka dan Achmad itu tahun 2001, bagaimana mungkin ketika ia bangun dari tidur tahun sudah berganti menjadi 2004?
Pikiran Katarina pun berpacu.
Bagaimana mungkin ia tidur dengan Ardhin, ada seorang anak laki-laki bersama mereka, padahal ia dan Aldo akan menikah sebulan lagi?
Bagaimana bisa dalam satu malam kalender berganti dari 2001 menjadi 2004?
Meski masih penasaran dan kebingungan, ia tetap berusaha mengikuti apa yang terjadi padanya hari itu. Dan perubahan drastis Katarina pagi itu juga sempat menarik perhatian Ardhin. Sayangnya, karena harus tugas ke Jakarta, Ardhin meninggalkan Katarina dengan setumpuk janji yang harus dipenuhi, bertemu Aldo dan Achmad serta Dr. Ridra.
Katarina bertemu Olka dan Achmad. Kebingungannya pun akhirnya tersampaikan. Tapi saat Katarina bertanya tentang Aldo, Olka dan Achmad bersikap seolah-olah mereka tidak mengenal Aldo. Bahkan Achmad mendeskripsikan seseorang bernama Aldo yang bukan Aldonya?
Apa yang terjadi?
Katarina pun bertekad mencari tahu. Ia berjuang keras dengan kepingan kenangan yang berkelebatan. Ia berusaha memahami apa yang sudah terjadi padanya. Sampai di satu titik ia harus menerima kenyataan yang sebenarnya kalau ada Ardhin di sisinya (bukan Aldo) dan anak kecil bergigi dua yang berisik dan terus-terusan memanggilnya dengan “Nda … nda” (anak yang baru belajar mengucapkan “Bunda”)
Novel Rememoare karya Agustina K. Dewi Iskandar ini sangat tepat masuk dalam 3 Naskah Favorit PSA yang diadakan Grasindo beberapa waktu yang lalu.
Recommended Book!
Kenapa?
- Tema yang diangkat sangat luar biasa. Berbeda dari kisah-kisah novel yang beredar.
- Cara berbicara dan diksi yang digunakan pun bagus, membuat pembaca bisa mengikuti jalan ceritanya dengan baik. Meski plotnya sedikit berlompatan.
- Ada ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam buku ini mengenail Amnesia selektif, represi serta psikosis. Ilmu pengetahuan tentang kejiwaan manusia. Dan menurutku ini sangat keren.
- Para tokoh yang berperan di dalamnya pun begitu hidup. Dibawakan dengan apa adanya. Dan aku sangat suka dengan tokoh Ardhin, yang berkembang dari laki-laki yang (kurang) memiliki sifat baik hingga akhirnya menjadi seorang suami yang hanya hidup demi kebahagiaan istri dan keluarganya. Bahkan ada satu tindakan Ardhin di akhir cerita yang membuat Katarina akhirnya berpikir ulang. Bagaimana bisa seorang Ardhin yang mengaku begitu mencintainya, tiba-tiba ingin melepaskannya, ingin membebaskannya? Padahal setahu Katarina, Ardhin inilah yang dulu berjuang memaksakan kehendaknya untuk tetap berhubungan dengannya, meski mereka sudah putus.
Di luar apa yang sudah aku bahas di atas, memang ada sedikit kekurangan, seperti salah ketik atau pemisahan kata yang kurang tepat. Karena berdasarkan pengalamanku dari naskah-naskah yang pernah kutulis, meski sudah diedit melalui self edit, diedit oleh para editor dan kembali di-review dalam kegiatan proofing sebelum naskah naik cetak, tetap saja hal ini masih bisa terjadi. Begitu juga dengan beberapa pengulangan kata, pengulangan kalimat dan paragraf (yang cukup banyak – halaman 16-17 sama dengan halaman 122 -124 atau seperti di halaman 148 yang hampir sama dengan halaman 152). Tapi hal ini memang tidak bisa dihindari. Sebagai seorang yang juga (masih) belajar menulis, aku pun sering mengalami hal tersebut. Tanpa sadar pengulangan harus tetap terjadi. Bisa pula pengulangan tersebut untuk menguatkan cerita sehingga pembaca bisa mengikuti secara utuh jalan cerita yang ada di dalam buku tersebut.
Over all, Rememoare tetap asyik untuk dinikmati bahwa (mungkin) di salah satu sisi kehidupan yang banyak dilalui oleh manusia, kenyataan dan kejadian seperti ini memang bisa saja terjadi. Satu hal mungkin yang penting dan bisa dijadikan salah satu ilmu baru adalah bahwa ilmu tentang represi dan hipnotis bisa menghindarkan seseorang yang baru saja mengalami trauma hebat untuk tidak dimasukkan ke rumah sakit jiwa begitu saja. Rumah sakit jiwa bukanlah jalan satu-satunya bagi pengobatan jiwa yang terluka. Ada banyak cara lain yang membuat trauma itu hilang perlahan, meski pun tetap ada risiko dan efek sampingnya.
Sekali lagi aku tekankan, buku ini tetap harus dibaca sebagai salah satu buku yang memiliki tema yang tidak biasa!
Good Job, Agustina.