Bekerja freelance bagi suami istri memangnya bisa untuk hidup? Tunggu ya, jangan berkomentar dulu sebelum selesai membaca seluruh tips di dalam artikel ini. Nanti di akhir artikel, saya juga akan berbagi sedikit tips bekerja freelance bagi suami istri.
Pilihan Bekerja Sebagai Freelancer
Di masa lalu, saya dan suami sama sekali tak pernah berpikir akan berkarir sebagai freelance secara bersama-sama. Awalnya kami malah punya karir masing-masing. Pewe bekerja di bidang yang dikuasainya, yaitu IT, dan saya bekerja sebagai Medical Representatif di salah satu perusahaan farmasi ternama.
Baru sekitar tahun 2010 saya memutuskan untuk full di dunia kepenulisan karena memang inilah yang saya inginkan sejak lama. Suami kebetulan mendukung. Malah untuk semakin mendukung karir kepenulisan saya, suami sampai belain cari kerja di Jakarta dan kemudian mengajak saya pindah.
Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Perjalanan kami yang awalnya baik-baik saja mendadak terkena badai. Pewe sakit keras dan hampir kehilangan kesempatan melanjutkan hidup. Tabungan yang dikumpulkan sekian lama habis begitu saja. Untungnya saat itu kami sudah jadi peserta BPJS kesehatan, jadi dana operasi hingga sembuh sangat terbantu banget.
Begitu Pewe sembuh, Dokter sudah wanti-wanti kalau Pewe tak bisa lagi bekerja dengan cara sebelumnya. Di saat yang sama, karena sudah tiga bulan tak masuk kerja, otomatis dia juga mesti mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya sebagai IT Analys.
So, whats? Hidup tak berhenti hanya karena badai, kan? Kami mesti melanjutkan hidup apa pun kondisinya. Saat itulah pilihan untuk menjadi pekerja freelance tercetus. Yah, walaupun awalnya, Pewe tak mau karena pasti akan banyak orang, terutama keluarga besar kami, akan menganggap Pewe sebagai pengangguran.
Hanya saja prinsip saya adalah hidup ini kan saya dan Pewe yang jalanin. Jadi mau jalan seperti apa yang kemudian kami pilih ya itu pilihan kami sendiri. Segala risiko dan hasilnya juga kami sendiri yang nanti menikmati.
Bagaimana Kondisi Keuangan keluarga Kalau Suami Istri sama-sama Jadi pekerja Freelance?
Semua sudah pada tahu kan ya, risiko bekerja sebagai freelancer? Ya, penghasilan yang tak pasti. Jadi pekerja freelance itu tergantung banget sama yang namanya peluang datang, pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan baik, dan setelahnya menerima hasil dari pekerjaan tersebut.
Dengan pola pendapatan yang datangnya tak tentu tadi maka tentu saja perlu banget melakukan pengaturan keuangan agar dompet dan tabungan tidak jebol sebelum waktunya.
Selain itu, juga perlu menyediakan dana cadangan untuk hal-hal tak terduga, misalnya ketika kondisi salah satu anggota keluarga sakit dan butuh pengobatan, musibah, kehilangan, alat kerja rusak, dan sebagainya.
Maka saya dan Pewe yang kebetulan sama-sama jadi pekerja freelance sejak 2017 sudah membuat sistem keuangan yang wajib kami terapkan bersama. Sistem ini mungkin belumlah sempurna, mengingat semuanya kami pelajari secara otodidak. Tapi dengan sistem ini pula, kami bisa mengatakan keuangan kami baik-baik saja meski kami sama-sama jadi freelancer.
Beberapa tips untuk mengatur keuangan bagi pekerja freelance yang sudah kami terapkan, antara lain:
- Planning Project Secara Continue
Jadi gini, sejak kami memutuskan untuk bekerja secara freelance, maka di bulan pertama kasih sudah bikin planning agar pekerjaan berkelanjutan. Maksudnya, agar tiap bulan tetap ada pemasukan dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
Contoh kasus: bulan Januari, kami akan berburu peluang pekerjaan untuk freelancer. Dapat peluang berapa pun disyukuri saja. Biasanya, pekerjaan di bulan ini belum tentu langsung terbayarkan ya?
Tak apa, anggap tabungan yang akan cair di bulan depan. Sementara menunggu, kami akan cari lagi peluang pekerjaan dengan bayaran lebih cepat, juga peluang berikutnya. Dengan pengaturan yang tepat maka uang masuk juga bisa diatur secara rutin.
Artinya, tak ada lagi yang namanya mentang-mentang freelancer lalu kehabisan uang di bulan tertentu karena sedang sepi kerjaan.
2. Gunakan Sistem 50:50 untuk Penghasilan Tiap Project
Saya dan Pewe sepakat menggunakan sistem 50:50 ini untuk setiap penghasilan yang kami terima, terutama untuk pekerjaan yang memang kami kerjakan bersama.
Contoh kasus lagi saja biar mudah ya. Misalnya ada satu pekerjaan A dengan bayaran 3 juta. Maka begitu menerima pembayaran, kami akan langsung bagi menjadi:
- 1,5juta bagian pertama akan kami bagi lagi menjadi dua sebagai penghasilan pribadi kami masing-masing @750ribu. Penghasilan dari kami masing-masing ini ya nantinya akan digunakan untuk kebutuhan harian. Kadang Pewe yang traktir saya makan, kadang sayang yang beli makannya. Yah, kurang lebih begitu.
- 1,5juta bagian kedua akan kami pecah dan kelompokkan sesuai kebutuhan lainnya di luar kebutuhan harian, seperti untuk tabungan dan investasi, derma/sedekah, pendidikan anak, atau untuk upgrade skill dengan mengikuti workshop, kursus, dan lain-lain.
3. Sisihkan Penghasilan untuk Mengisi Post Budget Secara Langsung
Begitu terima penghasilan, saya dan suami juga sudah sepakat uang tak bisa langsung dipakai, tapi harus melalui proses pembagian terlebih dahulu. Kemudian post budget semuanya diisi dulu, baru kemudian boleh sisanya digunakan untuk kebutuhan harian dan hiburan.
Dengan kata lain, tabungan, investasi, dan derma/sedekah, dan post di luar kebutuhan harian itu bukan hanya mendapatkan sisa penghasilan. Namun, harus yang paling pertama mendapatkan jatahnya.
5. Prinsip Imbal Balik untuk Tiap Pengeluaran
Agak bingung nih saya menjelaskan tentang prinsip imbal balik ini. Kurang lebih begini nih pemikiran kami. Jadi setiap pengeluaran yang kami lakukan harus bermanfaat atau membawa hasil balik.
Contoh, kami perlu kerja di kafe karena butuh wifi yang ngebut. Untuk satu kali ke kafe, kami akan perhitungkan dengan baik apakah pengeluaran itu sudah masuk dalam budget pekerjaan yang kami lakukan di kafe. Yah, kurang lebih seperti inilah ya kira-kira prinsip imbal balik ini.
Suami Istri yang Bekerja Freelance Bareng itu SeruTips Bekerja Freelance Bagi Suami Istri
Selain tips mengenai pengaturan keuangan bagi suami istri yang bekerja secara freelance, ada beberapa tips lagi nih agar jadi pekerja freelance bukan lagi hal yang berat.
1. Komunikasi Tetap Penting.
Sekali lagi, bekerja freelance ini memang penuh ketidakpastian. Kalau hanya salah satu saja yang jadi freelancer, mungkin masih aman ya karena masih ada pemasukan rutin dari yang lainnya. Kalau suami istri sama-sama bekerja freelance, maka komunikasi menjadi kunci penting juga dalam hubungan dan kelangsungan pekerjaan.
Saya dan Pewe punya kebiasaan untuk membahas apa yang kami lakukan esok hari, lalu paginya juga akan diulang lagi sebagai pengingat. Tujuannya adalah menyamakan jadwal kerja, dan kalau memungkinkan ya saling membantu.
Kenapa perlu mengkomunikasikan kerjaan ini? Sebab, bisa jadi Pewe punya kerjaan lain yang harus dia kerjakan, atau saya pun kadang harus menyelesaikan naskah yang sudah tanda tangan kontrak, misalnya.
Selain itu, yang namanya sama-sama freelance otomatis jaringan pertemanan kami kadang bisa saja berbeda, terutama di chat messager. Memang saya dan Pewe punya kebiasaan untuk saling menyimpan password semua akun sosial media, website, bahkan kami bisa sama-sama membuka email atau ponsel satu dan yang lainnya.
Tujuan awal adalah jika salah satu dari kami meninggal duluan, semua aset yang sudah kami kembangkan bersama bisa tetap dilanjutkan. Jadi tak akan hilang sia-sia hanya karena tak bisa mengakses akibat tak tahu passwordnya.
Nah, karena jaringan pertemanan kami juga beda, bisa saja kan kami pun akan banyak berkomunikasi dengan lawan jenis, terutama untuk urusan pekerjaan. Tapi di saat yang sama, akan tetap memiliki kemungkinan ada lawan jenis yang mengajak curhatlah, cerita-cerita remeh temeh yang (possible) berlanjut jadi main hati dan sebagainya.
Maka agar hubungan kami tetap kondusif dan tidak mempengaruhi produktivitas akibat cemburu-cemburuan, komunikasi satu-satunya jalan terbaik.
2. Bagi Tugas dan Delegasi.
Bekerja secara freelance ini mewajibkan keduanya berbagi tugas, juga mau mendelegasikan tugas. Pekerjaan di sini tidak hanya pekerjaan profesional, namun juga pekerjaan rumah tangga.
Dulu ketika anak masih tinggal sama kami, pembagian tugas ini termasuk mengurus anak lho, mulai siapa yang memandikan, siapa yang mengantar/menjemput sekolah dan siapa yang menemani belajar.
Sekarang karena anak melanjutkan sekolahnya di luar pulau dan kami hanya tinggal berdua, ya pekerjaan rumah tangga tetap kami kerjakan bersama. Siapa yang memasak dan siapa yang mencuci. Kerjaan rumah mana yang harus dikerjakan siapa. Yah, semacam itulah. Begitu semua beres, kami jadi bisa kerja bareng di depan laptop masing-masing.
3. Transfer Skill Dua Arah.
Nah ini nih yang juga penting ketika suami istri bekerja sama-sama sebagai freelancer. Pewe punya skill IT dan pembuatan sistem. Saya kebetulan kemampuannya cuma nulis dan punya banyak ide tapi kadang tak bisa realisasinya.
Agar saya bisa bantu kerjaannya Pewe, dia ya harus ngajarin saya tentang kerjaannya itu apa dan apa yang harus saya lakukan. Sebaliknya juga begitu, ketika saya butuh bantuan untuk pekerjaan yang saya lakukan. Otomatis saya harus mengajarkan Pewe juga tentang pekerjaan tersebut dan bagaimana cara mengerjakannya.
Kalau kebetulan kami sama-sama belum memiliki ilmu akan suatu hal, mau tak mau ya kami sama-sama belajar. Ada enaknya dan ada tidaknya sih kalau sudah begini. Kami bisa terlibat diskusi panjang, pakai acara ngambek segala kalau salah satu dari kami lambat mencerna apa yang diajarkan… hahaha.
4. Kritik Wajib dengan Dukungan.
Saya ingat banget ketika saya masih merintis karir sebagai penulis buku pengembangan diri dan novel. Pembaca pertama untuk naskah-naskah saya ya Pewe, karena dia memang orang yang paling saya percaya. Cara berpikir Pewe itu lebih logis sih, dan kadang tanpa basa-basi. Jadi kalau naskahnya jelek ya dia akan bilang jelek.
Tapi di saat yang sama, dia juga tak cuma kasih kritik saja, melainkan disertai dengan masukan. Dia juga bisa kasih saya ide-ide yang memantik saya untuk kembali berpikir dan mencoba mewujudkan idenya. Nah inilah yang juga dibutuhkan nih kalau sama-sama bekerja freelance. Kritik untuk menilai pekerjaan masing-masing, tapi wajib disertai dengan dukungan.
5. Manajemen Waktu dan Me Time.
Bicara tentang manajemen waktu, seharusnya saya belum layak nih, karena manajemen waktu saya pun kadang berantakan. Tapi manajemen waktu yang saya maksudkan adalah punya planning dan timeline untuk setiap pekerjaan yang dilakukan.
Kadang dalam satu hari kami harus mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Kebayang tidak kalau planning dan timeline tidak ada? Wah bisa kacau banget.
Di antara kami berdua, saya yang hidupnya paling ribet. Saya punya kebiasaan mencatat semua yang saya lakukan dalam satu hari sebagai progress note. Catatan yang saya tulis di jurnal ini nanti sangat berguna untuk mengevaluasi apa saja yang sudah berhasil selesaikan, apa yang gagal dan harus diperbaiki, dan apa yang kemudian harus dikembangkan.
Dua tahun yang lalu, Pewe bekerjanya masih secara acak. Ya maklum ya, dia orang teknis. Dia sukanya apa yang penting dan urgent ya dikerjakan lebih dulu. Pekerjaan lain ya nanti, kalau pekerjaan utama sudah selesai. Dia juga tak punya record untuk pekerjaan yang sudah dia lakukan.
Suatu ketika di malam pergantian tahun dan saya membicarakan kalau dalam setahun itu saya sudah mengerjakan apa saja, hasilnya apa, yang gagal berapa, Pewe melongo. Dia sampai bertanya begini, “Itu kamu ingat semua? Segitu banyak yang udah kamu kerjakan? Terus aku ngerjain apa aja? kamu ingat nggak?”
Hahaha… Ya jelas saya tak bisa mengingat semua kerjaan dia. Paling beberapa saja pekerjaan dia yang masuk dalam catatan saya, karena kebetulan pekerjaan itu kami kerjakan bersama. Kalau pekerjaan yang dia kerjakan sendiri, saya tak ikut mencatatnya.
Jadi mulai setahun lalu, dia pun mulai mengikuti pola kerja saya dan akhirnya bisa bekerja lebih teratur juga. Mencatat progress pekerjaan setiap hari juga bagus sih, untuk tahu mana yang lebih prioritas, dan mana yang bisa nanti dulu dikerjakannya.
Terakhir, masing-masing dari kami tetap punya me time. Ini penting untuk menjaga kewarasan kami. Maksudnya, tiap orang harus punya satu atau dua kegiatan yang paling disukai demi menurunkan tingkat stres dan bisa memancing produktivitas.
Bekerja freelance bersama-sama begini tak membuat kami harus menghabiskan waktu berdua terus. Ketika Pewe ingin pergi nongkrong dengan teman-temannya, ya dia akan pergi. Saya pun begitu.
Di rumah pun kadang kami sibuk dengan kegiatan kesukaan kami, misalnya saya membaca atau jurnaling, sementara Pewe dengerin lagu atau nonton film horor kesukaan dia. Untuk film, hanya Kdrama dan film-film boxoffice yang bisa membuat kami duduk bareng dan nonton sama-sama.
Tips Bekerja Freelance Bagi Suami Istri ini hanyalah sedikit tulisan yang saya simpan di blog ini sebagai catatan perjalanan kami berdua. Ya sekalian sih, siapa tahu bisa berbagi sedikit inspirasi juga bagi pasangan lain yang memutuskan untuk sama-sama bekerja freelance. Pada akhirnya, hanya doa yang terucap, semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat ya.
Mbak Monic … saya membaca tulisan ini sembari membatin, “Mbak Monic dan Mas Pewe itu memang soul mate.”
Soalnya untuk pasangan yang sama2 freelancer, saling belajar dan berbaginya butuh pembelajaran tersendiri … saling kompromi dalam komunikasi yang baik, tidak bisa meniru siapapun karena sikonnya unik.
Terima kasih sudah berbagi kisah ya, Mbak Monic.
Mbak Monica Anggen, masih ingat ga sama aku? ๐คญ
Masyaallah, lama ga “jumpa” di dunia Maya, Mbak & Mas makin keren ih
Subarashii ๐๐
Btw, yg aku lihat, bukannya sejak dulu kalian berdua selalu bareng2 ya, Mba. Nge-project bareng, nulis buku, artikel, dll.
Bekerja bareng pasangan seru bgt menurutku karena bisa nguatin bonding.
Semoga makin berkibar, Mba Monic & Mas Pewe ๐
saat bekerja freelnace dan independence seperti ini yang paling berat sepertinya manajemen waktu ya mba. Harus disiplin supaya bisa benar – benar maksimal dan tentunya kerja sama yang baik antara suami istri itu wajib hukumnya
Betul betul betul, sama-sama freelance justru harus meningkatkan komitmen dan kedisiplinan ya, karena di situ sumber nafkahnya jadi satu sama lain harus support. Jangan lupa me time krn pasti ketemu terus apalagi bidangnya sama, hehehehe
keren banget mba mon ama mas pewe. memang kalau udah jadi pilihan bersama, jadi harus kompak banget yaa untuk semua urusan. mulai dari yang paling dasar seperti komunikasi sampai yang paling rumit seperti urusan finansial.
Selalu salut sama kak Moon dan kak Pewe.
Semua dikerjakan bersama, komunikasi selalu 2 arah dan bekerjasama di bidang masing-masing. Dan dari karakter kak Pewe dan kak Moon, bisa saling melengkapi.
MashaAllah~
Barakallahu fiikum untuk kak Moon dan kak Pewe, Bekerja Freelance Bagi Suami Istri, hubungan tetap rasa teman, rasa pasangan dan kadang rasa musuh, hahaha.. Seruuu ya, kak Moon.
Aku sama suami ngalami kerja ngantor sama orang selama nikah ini paling cuma 2 tahun, selebihanya kita berdua kerja freelancer. Alhamdulilah sampai lahir anak-anak 5 (1 meninggal), tumbuh besar, ada rumah dll..karena bekerja tidak tetap. Suka dukanya banyak, terutama kalau lahiran, sakit, gada yang cover , mana swasta pula wkwkkw. Disyukuri saja intinya
salut banget dengan cara kerja Mbak Monic dan Mas Pewe, saling komunikasi dan kekompakannya top banget.
bekerja freelance memang tidak nentu, makanya semua harus dilakukan dengan well prepared dan juga sistematis sih ya apalagi suami istri gini yang pekerjaannya sering samaan ya, jadi bisa menambah kekompakan dan saling back up juga dong ini.