Apa saja sih tips menulis buku dan rahasia menerbitkan buku untuk pemula? Dua tipe pertanyaan ini masih sering saya dapatkan, baik di kolom komentar media sosial, di private message, bahkan di percakapan grup-grup Whatsapp.
Setiap kali mendapatkan pertanyaan ini, saya tergelitik untuk menjawab, “Googling aja, cari di internet. Ada banyak tips menulis buku yang sudah dibagikan di internet.” Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ya sudahlah. Kali ini saya akan kembali menuliskan tentang Tips Menulis Buku dan Rahasia Menerbitkan Buku untuk Pemula.
Tips Menulis Buku dan Rahasia Menerbitkan Buku
Sebelum kita membahas lebih lengkap bagaimana caranya menulis buku dan apa saja dasar-dasar menulis buku, terlebih dahulu saya akan membagi artikel saya ini dalam tiga bagian, yaitu Tips Menulis Fiksi, Tips Menulis Nonfiksi, dan baru kita membahas Rahasia Menerbitkan Buku.
Cukup banyak orang yang beranggapan bahwa menulis fiksi dan nonfiksi itu sama saja, toh sama-sama akhirnya jadi buku. Namun sebenarnya, lumayan banyak di antara keduanya. Perbedaan yang paling besar adalah menulis buku fiksi lebih tentang imajinasi dan bagaimana kita menjalin benang merah dan konflik yang dihadapi setiap karakter di dalamnya sampai mereka menemukan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
Sebaliknya, menulis buku nonfiksi tidak bisa asal berimajinasi. Boleh tetap menggunakan storytelling atau gaya bercerita, namun harus disertai dengan data, fakta, bahkan informasi yang bisa membantu pembaca menemukan inspirasi, solusi atas masalah hidup, memberi pembaca ide, atau bisa juga memberi motivasi yang dibutuhkan pembaca.
Mana yang lebih sulit? Bagi saya pribadi, baik menulis buku fiksi seperti novel atau menulis buku nonfiksi, ada tantangannya sendiri. Ini bukan masalah sulit yang mana, tetapi yang paling penting adalah menulis yang mana yang membuat kita bahagia. Jadi, tergantung pilihan Anda sendiri sih, lebih suka dan lebih enjoy menulis fiksi atau nonfiksi.
Tips Menulis Buku Nonfiksi
Baiklah, mari sekarang kita mulai bahas tahap-tahap sederhana dalam menulis buku nonfiksi.
Tentukan Ide, Pokok Bahasan, dan Judul
Ada banyak tips menulis buku nonfiksi yang menyebutkan kalau kita harus terlebih dahulu menemukan ide besar tulisan dan cari tema yang ingin kita tulis, lalu merancang pokok bahasannya, dan menentukan judul. Ini benar banget. Tanpa punya ide dan pokok bahasan, nanti kita sendiri yang bingung mau menulis buku apa.
Jadi, langkah pertama dalam menulis buku nonfiksi adalah menentukan ide utama dari apa yang akan kita tulis nanti. Ide bisa datang dari mana saja, maka carilah, jangan hanya menunggu. Setelahnya, buatlah catatan pokok bahasan apa yang terkait dengan ide utama yang sudah kita tetapkan.
Kemudian untuk masalah penentuan judul, ini bisa dilakukan di awal atau di akhir. Kalau saya biasanya menentukan judul sementara dulu di awal. Nanti kalau naskah sudah jadi, baru judul kembali diutak-atik sampai menemukan judul yang paling menarik untuk di cover buku.
Cari Referensi dari Buku Lain yang Idenya sama dengan Ide Kita
Setelah menentukan ide utama dan pokok bahasan sudah dipilih, sekarang saatnya mencari referensi dari buku lain yang sudah ada di pasaran dan serupa dengan ide yang mau kita tulis. Bagusnya sih pilih 5-10 judul buku, baca dan pelajari isinya. Catat pula hal-hal penting dari semua buku itu sebagai referensi, termasuk cari tahu apa yang belum diulas secara detail di dalam buku itu.
Selain itu, mencari referensi untuk tulisan kita sangat penting mengingat dalam menulis nonfiksi dituntut ketelitian terkait keakuratan data yang berhubungan langsung dengan pokok bahasan kita. Sudah jelas, semakin banyak pembanding akan semakin besar juga kemungkinan tulisan nonfiksi kita akan lebih baik dari karya orang lain. Sebab yang terpenting dari tulisan nonfiksi adalah kekayaan dan kedalaman data yang kita bangun dalam tulisan tersebut.
Lakukan Penelitian
Setelah mendapatkan referensi, lakukan penelitian terkait keakuratan data dan yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Buku yang bagus katanya sih yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan orang lain, yang menginspirasi, atau yang bisa jadi panduan untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui pembaca.
Nah dalam proses penelitian di sini, kita bisa melakukan pengamatan dengan lingkungan sekitar dan kehidupan manusia pada umumnya, kemudian menghubungkannya dengan pokok bahasan yang ingin kita kembangkan jadi tulisan nonfiksi, dan menggabungkan semuanya jadi tulisan baru yang diharapkan bisa bermanfaatkan untuk pembaca.
Tuliskan Sumber Referensi
Dari setiap referensi yang kita dapatkan, kemudian kita gunakan sebagai bahan pendukung tulisan kita, alangkah baiknya juga disertai dengan sumbernya. Jadi, sumber referensi yang kita gunakan harus dicatat dan dikumpulkan. Hanya saja agar tak mengganggu kenyamanan dalam membaca buku, saya lebih senang mencantumkan sumber referensi yang valid ini di bagian daftar pustaka atau di footnote.
Manfaatkan Outline untuk Kelancaran Proses Menulis
Ada cukup banyak pembahasan mengenai outline dalam blog saya ini, termasuk Cara Membuat Outline. Kenapa outline penting? Bagi saya, dengan adanya outline bisa membantu memperlancar proses penulisan, isi tulisan juga jadi lebih fokus dan tidak melebar atau melantur ke mana-mana. Selain itu, adanya outline juga membuat proses menulis buku nonfiksi yang kita lakukan jadi lebih sistematis.
Nah sebaiknya sebelum memulai proses penulisan naskah buku, mulailah dengan membuat outline tulisan. Outline di sini bisa dikatakan juga sebagai daftar isi atau kerangka karangan. Susun setiap bab yang jadi fokus utama, dan sub bab yang jadi bahasan pendulung dengan alur yang baik dan sistematis.
Tempatkan semua bahan yang sudah kita dapat sebelumnya pada bab-bab yang akan kita tulis. Jangan lupa untuk menentukan bab penutup yang bisa mewakili rasa penasaran banyak orang tentang untuk apa tulisan itu kita buat.
Tentukan Gaya Bahasa
Ini yang jarang orang pikirkan dalam menulis nonfiksi, pemilihan gaya bahasa menjadi sangat penting dalam sebuah karya tulis nonfiksi. Kenapa seperti itu? Sebab gaya bahasa yang terlalu kaku atau terasa menggurui akan tidak enak dibaca.
Untuk membuat buku nonfiksi, biasanya ada yang namanya testing gaya bahasa. Pada tahap ini, saya akan menulis satu bab pertama dengan beberapa gaya bahasa berbeda sesuai dengan target pembaca yang sudah saya tetapkan untuk buku ini. Kalau sudah jadi, saya akan mengajak editor yang menangani naskah saya untuk berdiskusi dan meminta pertimbangan mana gaya bahasa yang paling sesuai dengan tema tulisan yang ingin dijadikan buku.
Lebih baik lagi dalam merancang suatu buku, tempatkan diri kita sebagai calon pembaca. Dan cobalah pikirkan, apa yang membuat kita ingin membaca suatu buku? Apa alasannya? Apa yang kita harapkan dari membaca buku dengan tema tersebut. Mempelajari segala sesuatu dari sudut pembaca seperti akan membantu kita menemukan cara terbaik yang memiliki kemungkinan besar untuk disukai atau dibutuhkan pembaca.
Jangan Takut Salah
Sehebat-hebatnya manusia, memang ada manusia yang bisa melakukan sesuatu tanpa satu kesalahan pun? Dalam perjalanan kurang lebih 10 tahun saya di dunia menulis, saya sangat percaya bahwa sebagus-bagusnya tulisan, tetap tak ada yang bisa dikatakan sempurna.
Itu makanya, ada banyak peran dari banyak orang dalam proses membuat satu buku. Peran tersebut bisa dari editor penamping, editor in-house penerbit, editor akuisisi, lalu ada layouter, ilustrator, proofreader, bagian cetak, dan sebagainya.
Jadi, jangan takut salah. Perasaan takut salah ini sangat menghambat proses menulis lho. Sekarang bayangkan saja. Kita lagi asyik menulis, lalu di tengah kalimat, mendadak kita merasa takut salah dan akhirnya membaca ulang kalimat tersebut. Akibatnya, kalimat selanjutnya yang tadi sudah terpikirkan jadi hilang. Sering yang terjadi, inilah yang membuat seorang penulis jadi lama dalam menyelesaikan bukunya.
Agar proses menulis lancar, tulis saja dulu semua yang terlintas, terpikir, dan yang ingin kita masukkan di dalam buku. Selesaikan semuanya sesuai outline yang sudah kita buat. Ikuti semuanya hingga bab terakhir. Setelah selesai naskahnya, baru kita berusaha melakukan self editing. Kalau sudah oke, barulah kita mengirimkan naskahnya ke penerbit untuk menerbitkan bukunya.
Tips Menulis Novel untuk Pemula
Sebelumnya kita sudah membahas tentang Tips Menulis Buku Nonfiksi. Nah, bagaimana caranya kalau ingin menulis buku fiksi, dalam hal ini novel, ya?
Sama seperti jawaban saya sebelumnya. Di internet ada banyak sekali ulasan mengenai tips menulis novel untuk pemula. Bahkan kalau mau sedikit mengeluarkan uang, ada banyak pula buku-buku yang secara lengkap dan detail mengulas cara menulis novel. Tapi ya sudahlah, sekalian saja saya bagikan tipsnya di sini saja.
Pakai Rumus Kucing di Pohon
Ide cerita adalah hal paling penting dari sebuah tulisan fiksi. Menentukan ide cerita bisa langsung sesuai dengan apa yang kita pikirkan atau pernah kita alamai sehari-hari, namun itu saja tidak cukup. Mencari ide cerita juga bisa dari pengalaman hidup orang lain, atau dengan cara membaca novel-novel penulis terkenal sebagai referensi.
Setelah membaca cukup banyak novel, sudah tentu semakin terbuka pikiran kita, semakin banyak kosakata yang kita dapat untuk bekal menulis. Dari situ temukan hal berbeda yang bisa kita angkat ke dalam sebuah karya novel. Atau kalau mau tahu cara saya menemukan ide novel, saya biasanya menggunakan rumus kucing di pohon.
Jadi di masa lalu, ada seorang penulis idola yang namanya dulu sangat terkenal. Dialah yang memberi rumus ini ke saya. Katanya untuk memancing ide cerita bisa dianalogikan begini, ambil kucing, taruh di atas pohon. Lihat reaksinya dulu. Kemudian ambil batu, lempari kucing dengan batu. Lihat lagi reaksinya. Kalau sudah, cari cara agar kucing bisa turun dari pohon.
Eits, ini hanya dalam imajinasi saja lho ya, jangan benar-benar dilakukan. Kasihan kucingnya. Jadi, kucing adalah tokoh cerita. Beri si tokoh itu kesulitan yang teramat sangat. Lihat bagaimana cara tokoh itu menyikapi permasalahan yang ia hadapi. Lalu bantulah ia menemukan solusi atas masalahnya.
Kartu Karakter yang Detail
Setelah memiliki ide cerita yang akan dikembangkan menjadi novel, maka tips menulis buku fiksi selanjutnya adalah membuat kartu karakter yang detail. Kartu karakter ini berisi tentang karakter-karakter yang akan ada di dalam cerita novel, mulai dari protagonis, antagonis, sampai semua karakter pendukung yang ikut memainkan jalan cerita. Cobalah berpura-pura menjadi seorang sutradara film yang sedang melakukan casting artis yang akan bermain dalam film yang mau dibuat.
Ciptakan karakter dalam novel yang sesuai dengan kebutuhan cerita kita, mulai dari nama, ciri-ciri fisik, kesenangan, hobi, tanggal lahir, warna favorit, perannya di dalam cerita, dan sebagainya. Buat deskripsi lengkap di kartu karakter masing-masing. Apa gunanya membuat kartu karakter yang detail? Tujuannya agar nanti kemunculan mereka tetap konsisten dari awal hingga akhir cerita.
Jangan sampai kan di bab pertama diceritakan karakter A berhidung mancung, lalu di tengah-tengah buku hidungnya berubah jadi pesek. Atau karakter B sebelumnya diceritakan sebagai sahabatnya tokoh protagonis, tapi di tengah cerita malah hilang dan tak muncul lagi.
Tentukan Setting Cerita
Mungkin bagi beberapa orang setting atau tempat yang akan kita jadikan sebagai latar belakang cerita itu tidak terlalu penting. Padahal latar tempat akan sangat mempengaruhi jalan cerita. Dengan menentukan setting kita bisa menentukan hal lain, seperti bahasa yang digunakan oleh tokoh cerita, penggunaan aksen yang dikonversikan ke dalam bentuk tulisan, tempat-tempat romantis yang akan kita gunakan sebagai latar dialog romantis, dan lain. Latar cerita, baik latar tempat, waktu, dan suasana, sangat menentukan kedalaman alur cerita.
Jadi mulailah dengan menentukan setting yang benar-benar sudah kamu pahami seluk beluknya, atau jika tidak kita bisa mempelajari dan memilih setting mana yang pas dengan cerita kita lewat membaca banyak referensi yang mendukung.
Outline Cerita Keseluruhan
Sama seperti tips menulis buku nonfiksi, di dalam menulis buku fiksi atau novel pun membutuhkan outline atau kerangka karangan. Maka setelah ide cerita kita siapkan, karakter tokoh dan setting juga sudah ditentukan dan setting sudah ditentukan, sekarang waktunya membuat outline.
Tentukan adegan demi adegan dalam bentuk bab, lalu di tiap bab, buat deskripsi ceritanya mau seperti apa. Jangan lupa masukkan karakter mana saja yang berperan di bab tersebut, konfliknya apa, setting waktunya kapan, dan lokasi atau tempat kejadiannya di mana. Pada tahap pembuatan outline dibutuhkan fokus yang lumayan besar, karena di tahap ini kita akan menyusun jalan cerita dari awal hingga akhir cerita, menentukan letak drama, konflik, hingga dialog-dialog manis yang diperlukan.
Tentukan Sudut Pandang dan Mulailah Menulis Buku Fiksi
Terakhir dan yang sangat penting dari Tips Menulis Novel ini adalah menentukan sudut pandang tulisan. Kita akan menentukan sebagai orang pertama atau ketiga. Sebagai pelaku utama atau pengamat. Menentukan sudut pandang mempengaruhi gaya bercerita kita.
Ada beberapa kasus sebuah novel jadi terasa aneh ketika POV berubah-ubah. Di Bab pertama sebagai orang ketiga atau pengamat (dengan kata ganti dia, mereka, ia dan -nya), kemudian di bab berikutnya berubah jadi pelaku utama (dengan kata ganti aku, saya, kita, kami). Jika sudah ditentukan, kita akan bisa segera menulis dengan nyaman.
Sekarang sudah selesai bahasan kita mengenai Tips Menulis buku fiksi, khususnya novel. Jika semuanya sudah dikuasai dan dilakukan dengan benar, maka yang terakhir harus kita lakukan adalah mengajukannya ke penerbit-penerbit yang sesuai dengan genre novel yang kita tulis.
Bagaimana caranya mengirimkan naskah yang sudah jadi ke penerbit untuk bisa diterbitkan?
Rahasia Menerbitkan Buku untuk Pemula
Bagi beberapa orang, menerbitkan buku adalah sebuah cita-cita yang sangat besar. Terutama bagi para penulis pemula, meskipun seringkali mereka mendapati banyak rintangan untuk itu semua. Namun bukan hal yang nggak mungkin bagi pemula untuk menerbitkan bukunya. Karena setiap penulis berhak untuk berambisi.
Ambisi hampir semua penulis adalah bukunya atau karyanya bisa dinikmati banyak orang. Kebahagian terbesar itu bisa diwujudkan dengan cara menerbitkan bukunya. Sayangnya belum banyak pemula yang mengetahui rahasia menerbitkan buku yang benar. Pada akhirnya kebanyakan dari mereka hanya selesai pada tahap berangan-angan dan nggak pernah menerbitkannya.
Berikut ini 3 rahasia menerbitkan buku untuk pemula:
Cari Peluang Melalui Kompetisi Menulis
Jangan takut untuk mengikuti kompetisi menulis. Jadikan ajang tersebut sebagai ajang uji nyali. Manfaatkan sebanyak-banyaknya peluang pada ajang kompetisi menulis. Cari info mengenai kompetisi dan ikutlah. Semakin banyak dan sering kita mengikuti kompetisi menulis, semakin meningkat juga tingkat percaya diri kita dalam menulis.
Kita jadi tahu di bagian mana kekurangan dan kelebihan saat dalam menulis. Jadikan kompetisi menulis sebagai arena menemukan ciri khas dan gaya bahasa kita dalam menulis. Selain itu, anggaplah bahwa dari sekian banyak kompetisi yang diikuti ada satu yang bisa kita menangkan. Artinya ambisi kita tidak hanya akan menjadi angan-angan saja. Hal paling penting, jangan pernah menyerah.
Biasanya dari menang lomba kompetisi menulis, hadiahnya bisa berupa tulisan kita diterbitkan menjadi buku dan dipromosikan secara gratis, selain itu bisa juga mendapatkan hadiah uang. Lumayan banget, kan?
Jadi Anggota Komunitas Kepenulisan
Banyak penulis pemula yang takut untuk menimba ilmu di dalam komunitas menulis. Kebanyakan mereka ragu untuk menjadi anggota karena pengalaman menulis yang minim. Padahal jika kita jeli melihat peluang yang ada, semakin banyak mengikuti komunitas para penulis, semakin banyak juga jalan menemukan peluang dan informasi mengenai cara tercepat menerbitkan buku.
Dalam lingkaran komunitas menulis, biasanya informasi tentang kompetisi menulis dan jalur khusus menuju dunia penerbitan terbuka sangat lebar. Artinya, kita hanya perlu bersosialisasi dengan baik dan mulailah beradaptasi dengan segala sesuatu yang kita temui di dalam komunitas tersebut.
Menerbitkan Buku
Rahasia menerbitkan buku sebenarnya ada dua, yaitu menerbitkan buku di penerbit besar atau menerbitkan buku sendiri. Keduanya memang sama-sama akan mewujudkan impian kita untuk bisa menerbitkan buku, yang kemudian buku itu tersebar ke seluruh Indonesia. Namun, ada pula perbedaannya yang lumayan besar dari dua cara menerbitkan buku ini.
Menerbitkan buku fiksi maupun nonfiksi di penerbit besar atau penerbit mayor, membutuhkan cara dan proses tersendiri. Kita harus terlebih dahulu mencari tahu berbagai informasi tema buku yang mereka butuhkan, lalu mencari tahu cara mengirimkan naskah ke penerbit yang kita tuju, melalui proses seleksi, baru kemudian menunggu apakah naskah kita bisa diterbitkan atau tidak. Untuk menerbitkan buku di penerbit sebesar Kompas Gramedia Grup, kita bisa langsung menuju ke Digital Publishing System.
Sementara cara lain yang lebih cepat, kita bisa menerbitkan buku sendiri melalui penerbit indie yang banyak bertebaran di luar sana. Hanya saja, kita harus sungguh-sungguh memilih dengan baik penerbit indie berkualitas dan bisa dipercaya. Jangan sampai tergoda harga murah, tapi kualitasnya diragukan atau malah buku jadi tersebar ke mana-mana tanpa kita ketahui. Hal lain lagi yang perlu disiapkan untuk bisa menerbitkan buku sendiri tentu saja sejumlah uang. Artinya, untuk bisa menerbitkan buku sendiri ada biaya yang harus kita keluarkan.
Oke, sampailah kita di akhir artikel ini. Lumayan pegal jari-jari saya mengetik artikel sepanjang ini. Tips menulis buku dan rahasia menerbitkan buku untuk pemula sudah selesai. Jika Anda ingin berdiskusi cara menerbitkan buku yang mudah, boleh email ke saya di monica.anggen@gmail.com atau bisa pula menghubungi saya melalui Instagram di @monica.anggen.
Selamat menulis dan teruslah berkarya. Menulis itu adalah berproses dan petualangan yang menyenangkan sepanjang jalan. Jangan lupa, banyak-banyaklah membaca karena salah satu cara terbaik untuk bisa menulis adalah luasnya wawasan dan pengetahuan serta kayanya diksi dan kosakata yang kita miliki, dan semua ini hanya bisa didapatkan dari kegiatan membaca buku secara rutin.
Tips diatas sangat rinci penjelasannya, dan sangat detail mudah dipahami. Apa bisa cara diatas digunakan untuk membuat sebuah artikel di blog
Tips menulis buku ala mbak Monica Anggen sangat mudah dipahami oleh pemula seperti saya.
Modal dasar nya dulu adalah minat dengan menulis dan membaca ya. Karena ada banyak pihak saya lihat, dengan mudahnya menerbitkan sebuah buku, ternyata semuanya beli. Naskah, artikel dan konsepnya terima jadi.
Pantas, saya lihat secara kesehariannya saja bikin status ga pernah “seindah” buku yang dihasilkannya. Kita para penulis harus memberantas sistem jalan pintas seperti itu…
Kalau lihat teman-teman yang sudah menghasilkan buku. Saya pun jadi pengen. Seumur-umur cuma pernah nulis satu buku, itu pun antologi. Heuheuheu
Iya aku setuju banget dengan memperbanyak membaca jadi nambah wawasan dan kosa kata untuk menulis lebih banyak dan kreatif.
Makasih loh tips kecenya soal meneulis buku dan menerbitkannya.
Aku sering nih ka bikin cerpen dan seringnya hasilnya (aku sendiri) ngerasa kurang enak dibaca mungkin karena lbh sering nulis non fiksi kali ya? jadi tips disini sangat menjadi insight buat aku terutama dalam hal menulis fiksi.
makasih untuk tip and tricksnya mbaa…pasti oke nih kalau bisa langsung dipraktikkan yaa
Huaa makasih banyak kak Monica tulisannya padat gizi banget yes dan catet banget tuh jangan takut salah , ya namanya juga lagi belajar ya kan. Ditunggu karya mu lagi ya kak, semoga makin sukses 😘
lengkap dan komplit banget ulasannya, ini bisa jadi bekal buat ku yang masih merintis kak monic, jadi makin semangattt latihan nulis hehe
Ingin banget bisa nulis novel. Tapi entah kenapa belum berani memulai. Makasih mba sudah berbagi tipsnya dan moga next bisa keluarkan novel sendiri 🙂
Menarik banget tips/ konsep kucing di atas pohonnya Mbak…. Noted, makasi banyak insight buat menulis dan menerbitkan bukunya ya….
Saya jadi ingat kalau pengen banget menerbitkan buku non fiksi.
Tapi saya sering kali merasa kalau ide tulisannya kurang oke dan terkesan biasa-biasa aja.
Ini cuman insecure aja kali ya, mbak?
rinci banget penjelasannya, mbak. kalo buku nonfiksi kayaknya relatif lebih mudah ya.. asal tau bahasannya. sementara untuk fiksi, perlu tau ilmunya dulu, minimal soal premis, plot, dll.
Terimakasih banyak sharing ilmunya mb Monica. Saya tertarik sekali join grup komunitas menulisnya. Kalau boleh tau mb Monica join komunitas menulis yg mana ya? apakah masih bisa join? terimakasih sebelumnya
Bagi saya, menulis nonfiksi atau fiksi sama-sama sulit dan ada tantangan masing-masingnya. Dan saya setuju, semua itu akan mudah ditulis saat kita enjoy menulis. Terus soal rumus menulis fiksi, kucing di atas pohon seru juga ya, Mbak. Saya baru tahu rumus ini. Pokoknya nikmati dulu proses menulis, nanti bonus menulis akan datang juga, termasuk menerbitkan buku.