Tips Sehat Jiwa Dimulai dari Diri Sendiri – Seberapa sehat jiwa kita? Pernah tidak mengajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri? Pernahkah kita menyediakan waktu khusus untuk mengenali diri kita sendiri?
Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri
Setiap tanggal 10 Oktober dirayakan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Untuk tahun 2019, tema yang diangkat adalah Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri.
Tema tentang pencegahan bunuh diri memang sengaja diangkat secara khusus karena tingginya angka kematian akibat bunuh diri beberapa tahun belakangan. Pada 2019, WHO menyebutkan bahwa kurang lebih 800.000 ribu orang, berusia antara 15-29 tahun, meninggal karena bunuh diri.
Salah satu berita yang viral di media online terkait bunuh diri adalah kematian anak berusia 14 tahun bernama Yohan. Yohan tinggal di Oebufu, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia memutuskan mengakhiri hidupnya akibat tekanan psikologis yang sedemikian hebat. Bullying dan trauma menjadi salah satu sebabnya.
Kasus lain, kematian Sully, bintang Korea, yang juga memutuskan mengakhiri hidupnya karena penyebab yang kurang lebih sama. Bullying dan tekanan dari penggemar yang kemudian mengganggu kesehatan jiwanya hingga tak mampu lagi meneruskan hidupnya.
Hidup itu berharga, namun bagi seseorang yang mengalami banyak hal, hidup akan terasa sangat berat. Sayangnya, orang-orang yang mengalami ‘tekanan’ dalam hidupnya kebanyakan tak mengenali dirinya sendiri. Orang seperti ini sering berkilah “baik-baik saja”, sementara kondisi yang sebenarnya bisa jadi ia tidak sedang baik-baik saja.
Rasa marah, sedih, stres, frustasi, bahkan depresi, jika tak ditangani dengan baik maka bisa berakibat fatal. Peran orang-orang di sekitar sangat penting dalam hal ini karena orang-orang yang jiwanya sedang tak sehat sangat membutuhkan dukungan, minimal jadi tempat untuk mencurahkan isi hati, berbagi kisah tanpa judgement, atau menjadi teman diskusi.
Mengenal Kesehatan Jiwa Bareng Kemenkes RI
Pada tanggal 9 Oktober 2019 lalu, saya kebetulan hadir di acara yang diselenggarakan Kemenkes RI dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Dalam acara tersebut saya mendapat banyak pengetahuan baru dan bisa lebih mengenal tentang apa sih kesehatan jiwa itu dan bagaimana cara pencegahan bunuh diri.
Jadi berdasarkan data dari WHO yang menyebutkan ada 800 ribu kasus kematian akibat bunuh diri, disebutkan pula kalau dibalik 1 kematian akibat bunuh diri ada kurang lebih 20 percobaan bunuh diri yang tak terdata. Artinya, sebelum seseorang ditemukan telah mengakhiri hidupnya, bisa jadi ia telah melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri.
Ada banyak faktor yang bisa membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri, seperti:
- Kesepian dan tidak mendapatkan dukungan secara sosial/keluarga.
- Kurang mendapat perhatian atau merasa tidak ada yang peduli kepadanya.
- Merasa tak dibutuhkan dan tidak berguna ketika banyak teman atau kerabat yang menjauhinya.
- Perasaan tertekan dan lelah dengan hidup yang dijalani.
- Merasa putus asa, sering mengalami kegagalan, dan tidak ada yang memberi support (tidak memiliki support system).
- Trauma atas kehilangan, amarah, akibat bullying, sering disakiti.
Masih ada banyak lagi faktor penyebab orang mengalami gangguan kesehatan jiwa hingga bisa melakukan bunuh diri, terutama bagi orang-orang yang sudah punya faktor resiko, misalnya:
- Sudah memiliki kerentanan dalam jiwanya.
- Orang yang memiliki masalah keluarga atau hubungan yang tidak harmonis dengan ibu (maternal deprivation).
- Pernah mengalami kekerasan, bullying, trauma, atau diskriminasi.
- Mengalami tekanan hidup yang berat dan punya sejarah anggota keluarga bunuh diri.
Kita sebagai bagian dari masyarakat juga bisa jadi penyebab orang lain melakukan bunuh diri. Contohnya seperti dua kasus bunuh diri yang telah saya tuliskan di bagian awal tulisan ini.
Sully memutuskan bunuh diri karena tak tahan lagi dengan bullying yang dialaminya. Yohan pun begitu, dari surat yang ia tinggalkan, kita jadi tahu mengapa ia akhirnya memutuskan bunuh diri.
Dengan kata lain, masyarakat bisa menjadi faktor yang memperberat risiko terjadinya bunuh diri melalui:
- Perlakukan yang menyakiti dan diskriminatif.
- Anggapan pelaku bunuh diri melakukan bunuh diri akibat kurang beragama.
- Hujatan dan celaan terhadap korban atau keluarga korban bunuh diri atau korban pembunuhan.
- Anggapan mengenai membahas masalah pencegahan bunuh diri adalah tabu atau bukan “urusannya”.
- Stigma yang salah terkait kesehatan mental.
Pada poin terakhir bisa diperjelas begini, ketika seseorang merasa dirinya mengalami gangguan kesehatan jiwa, maka sering dicap sebagai gila atau tak waras. Atau dalam kasus lain, orang yang tampak stres dan depresi tak mau mengakui kondisinya karena takut dianggap gila.
Stigma kesehatan jiwa yang terganggu dianggap sebagai orang gila yang mesti diasingkan juga malah bisa memperparah kondisi orang yang sebenarnya hanya mengalam stres atau depresi.
Padahal dari acara Kemenkes RI tersebut, saya akhirnya tahu bahwa pengertian kesehatan jiwa menurut UU No. 18 thn 2014 tentang kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu mengalami perkembangan secara baik dalam hal fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Ketika terjadi gangguan kesehatan jiwa, bukan berarti langsung di-judge sebagai orang gila, melainkan perlu cari solusi dulu dan bagaimana cara penanganan yang tepat untuk mengatasi gangguan tersebut.
Tips Sehat Jiwa Dimulai dari Diri Sendiri
1. Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri sendiri di sini adalah memahami dengan baik apa yang sesungguhnya dirasakan. Kenali kondisi perasaan terkait suatu hal atau permasalahan yang sedang dihadapi. Kenali perubahan perasaan dan mood.
Kenali juga kondisi-kondisi tak biasa yang muncul dari diri sendiri, misalnya tiba-tiba merasa sangat sedih, padahal tidak ada masalah atau penyebab kesedihan tersebut.
2. Jujur dan Berbagilah
Kondisi apa pun yang sedang dialami, alangkah baiknya jujur saja. Tak perlu selalu terlihat kuat dan mengatakan kalau, “Saya baik-baik saja.” Lebih baik ungkapkan saja perasaan yang sesungguhnya, apakah marah sekali, sedih, kecewa, putus asa, dan sebagainya.
Jika masalah yang sedang dihadapi terlalu mengganggu pikiran dan perasaan, maka berbagilah dengan orang lain yang dipercaya. Berbagi cerita bukanlah suatu bentuk kelemahan, tapi ini jadi salah satu solusi untuk menjaga jiwa tetap sehat.
3. Menulis Jurnal Perasaan
Beberapa waktu lalu saya pernah bertemu dengan Dokter Dono. Nah Dokter Dono ada menyarankan untuk menjaga kesehatan jiwa bisa dengan cara menuliskan perasaan yang dialami setiap hari di jurnal perasaan. Menulis jurnal perasaan ini salah satu cara terbaik untuk “membersihkan” kotoran hati dan pikiran negatif yang bisa mengganggu kesehatan jiwa kita.
4. Manfaatkan Aplikasi Sehat Jiwa
Ada aplikasi Sehat Jiwa yang diluncurkan kemenkes RI. Aplikasi ini bisa digunakan sebagai salah satu deteksi dini untuk mengetahui tanda-tanda kesehatan jiwa seseorang mulai terganggu.
Di aplikasi ini, kita juga bisa mendapatkan info mengenai masalah kesehatan jiwa, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan tidur, stres, dan sebagainya, dan bagaimana cara penanganan dininya. Selain itu di sini kita bisa berkonsultasi atau mendapatkan info pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa.
Semoga Tips Sehat Jiwa Dimulai dari Diri Sendiri ini bisa berguna, minimal untuk menjaga kesehatan jiwa diri kita sendiri terlebih dahulu, lalu setelahnya, kita bisa juga membantu orang lain yang membutuhkan dukungan terkait kesehatan jiwa.
Makasih sharingnya mbak mon, bener sehat dimulai dari diri sendiri yah. Duh saya jadi tertampar, susah sekali melakukan pola hidup sehat nih.
Wah, berguna sekali ini ada aplikasi sehat jiwa. Coba aku oprek dulu ya, isinya seperti apa
Semoga perilaku bullying semakin menurun dan masyarakat dukung upaya individu utk miliki jiwa yg sehat
Bener banget nih Mba
Kita kudu “love myself” dulu yak, baru bs menyebarkan cinta dan bahagia untuk sesama
Bener juga sih kesehatan jiwa itu dimulai dari diri sendiri dulu, tapi tetep ya masih banyak menyalahkan faktor lain padahal proses healing apa pun itu kembali sama diri sendiri
Baru tahu ada aplikasi sehat jiwa, jadi teringat adik sahabatku yang bunuh diri padahal sebabnya PPD tapi sama mertua dan suaminya dibilangin kerasukan sedih akutu 🙁
Aku baru tau tentang aplikasi sehat jiwa ini.
Yup, penting sekali untuk mengenal dan aware terhadap kesehatan jiwa diri sendiri terlebih dahulu ya.
Wah ada aplikasi sehat jiwa ya sekarang? Penasaran…
Merasa tidak berguna, tidak dihargai dan sia sia ini pernah saya alami. Dan bener itu semua bisa bikin pusing, mumet. Kurang kurangnya “mengenali diri” memang bisa tergelincir ke dalam masalah putus asa…
Semoga kita semua dijauhkan dari pikiran ingin bunuh diri. Aamiin
Tetapi, memang penting banget deh untuk mengetahui bagaimana caranya membuat jiwa jadi sehat. Stress mudah banget mengincar siapapun
Wahh ada jurnal perasaan online yaaa..
Aku ga bisa dan ga sempet bikin jurnal buku. Huhu.. Kayaknya solusi yg pas inu
Aplikasi sehat jiwa ini langsung saya kepoin mbak, mau dipelajari lebih dalam dan semoga bisa sharing ke teman-teman khususnya IRT dan bermanfaat untuk mengatasi stres atau kecemasan yang berlebih.
Jiwa yang sehat memang mutlak dibutuhkan ya mba. Dan seringkali semua itu bermula dari diri kita sendiri. Semangaat sehatkan jiwa raga selalu..
Aku baru tahu ada aplikasi SEhat Jiwa ini, langsung deh install, penasaran lihat gimana caranya bisa bantuin orang yang butuh disembuhkan dari emosi jiwa. Kayaknya sekarang makin banyak orang yang butuh ini ya
Wah, aku baru tahu ada aplikasi Sehat Jiwa. Jadi kepengen ngetes diri sendiri deh. Iya sih belom sampe dan jangan pernah ya kita ke tahap kepengen bunuh diri. Tapi ngerasa sepi dan sering ngerasa sedih banget bisa merusak jiwa. Cobain ah…
Menjaga kesehatan jiwa memang harusnya dimulai dari diri sendiri dan kayaknya memang perlu untuk menuliskan perasaan kita tiap hari, sebagi evaluasi juga ya..
Apalagi sekarang ada aplikasi sehat jiwa, jadi bisa lebih praktis!
aku harus download aplikasi ini nih. hahaha.. lha wong kayaknya kesehatan jiwa saya iki agak agak tergangguu
setuju banget ini mbak monic, memang mengalahkan ego diri sendiri itu yang paling sulit ya.. padahal semua sumber hal negatif berawal dari diri sendiri.. jika kita bisa mengendalikan diri sendiri dan senantiasa memberikan energi positif, maka energi positif itu akan menular ya.. dan jauh dari hal hal negatif
Baru tau ada palikasi sehat jiwa ini dan bagus ya sangat bermanfaat. Satu yang pasti orang sekitar juga harus aware sama lingkungan, kalau ada temen atau saudara yang terlihat gimana2 harus dideketin , diajak bicara bukan dijauhi.
Menjaga jiwa sama pentingnya dengan menjaga fisik, dengan mengenali diri kenal juga perubahan2 yg terjadi dan jangan takut untk konsul ke psikolog.. bener sih tapi mba stigma masy bahwa ke psikolog itu berarti gila harus diubah
Sangat prihatin juga dengan maraknya kasus bunuh diri karena gangguan kesehatan jiwa. Mirisnya kasus tersebut dipicu karena bully yang diterima pelaku. So memang penting bagi tiap individu menjaga kesehatan jiwanya. Apalagi sekarang ini sudah ada aplikasi Sehat Jiwa. Pastinya sangat membantu.
Betul, Mbak, kita harus mengenali diri sendiri dulu. Jujur pada diri sendiri kalau sedang merasa tidak baik. Hanya memang, yang sering saya jumpai pada teman dekat yang mengalami depresi, mereka suka denial, merasa belum memerlukan bantuan. Mungkin malu atau gimana. Padahal orang-orang terdekatnya sebenarnya sudah bersedia membantu.
Betul, Mbak, kita harus mengenali diri sendiri dulu. Jujur pada diri sendiri kalau sedang merasa tidak baik. Hanya memang, yang sering saya jumpai pada teman dekat yang mengalami depresi, mereka suka denial, merasa belum memerlukan bantuan. Mungkin malu atau gimana. Padahal orang-orang terdekatnya sebenarnya sudah bersedia membantu.
iya bener. kata orang bahagia itu sederhana tapi tidak semua orang bisa melakukaannya. dan untuk bisa berbahagia itu justru harus dimulai dari menyehatkan jiwa terlebih dahulu